Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mendorong semua pihak satuan pendidikan (sekolah) di Indonesia untuk intens melakukan terobosan dan inovasi sehingga lahir suasana belajar mengajar yang nyaman bagi peserta didik. Harapan itu, terungkap ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. dr Muhajir Effendi mengakhiri acara peresmian Kelas Inspirasi di salah satu sekolah di Jogyakarta baru saja ini.
Bukan hanya itu, Mendikbud juga berharap kedepan bahwa kepala sekolah dan guru hars ada perubahan positif yang muncul dalam menata pendidikan di lingkup masing-masing. Termasuk membenahi sistem kelas dan peran guru harus ditingkatkan, sehingga posisi tawar para guru termasuk sekolah tersebut makin kuat. Merealisasikan harapan progres itu, bukan perkara mudah, namun dibutuhkan kerja keras dan i'tikad baik kepala sekolah untuk menunjukkan integritasnya dalam membangun kualitas pendidikan yang lebih baik. Progres ini muaranya adalah melahirkan motivasi para guru dalam mengajar yang benar-benar -benar menyentuh pribadi semua murid. Tujuannya agar penyelenggaraan pendidikan di negeri ini benar-benar tercipta kondisi nyaman dan membuahkan hasil maksimal mulai tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas.
Mewujudkan semua harapan itu, bukan tanpa kendala dan tantangan. Sebab, sarana dan prasarana pendidikan masih menjadi problem klasik dan timpang. Buktinya, sekola yang ada di kota dan daerah terpencil masih tampak timpang, bahkan terjadi disparitas yahng amat tajam. Belum lagi, tunjangan profesi serta sertifikasi mengajar para guru di daerah pedalaman kerap lambat dibayarkan dengan berbagai dalih.
Sebut saja, guru yang mengajar di Kecamatan Rongkong, Seko dan Rampi dalam wilayah Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi. tiga kecamatan terjauh dan terisolir di kabupaten penghasil kakao terbesar dalam wilayah Sulsel ini, mengeluhkan akibat keterlembatan menerima gaji dan sertifikasi. " Para guru yang mengajar di tiga kecamatan tersebut, sejatinya diberi prioritas utama untuk mendapatkan tunjangan khusus dari pemerintah supaya pelaksanaan aturan tersebut tidak terkesan pilih kasih," komentar salah seorang kepala desa di Kecamatan Rampi.
Berbagai keterangan guru yang diperoleh oleh penulis di tiga kecamatan di atas, berharap bisa menerima dana tambahan berupa tunjangan khusus. Dari enam desa di Kecamatan Rampi, hanya ada tiga desa yang gurunya berjumlah dua orang. Ketiga desa itu adalah Desa Tende Boe, Desa Sulaku dan Desa Leboni berada dalam wilayah Kecamatan Rampi. Guru yang mengajar di sana selain menerima gaji pokok tiap bulan, juga hanya menerima tunjangan khusus dari pemerintah. Akan tetapi, tiga desa lainnya, belum ada satu pun guru yang menerima tunjangan serupa. Karena itu, berbagai pihak mengharapkan, perlunya ditinjau ulang terkait pemberian tunjangan khusus para guru yang mengajar di daerah terpencil.
Masalahnya, mereka menilai kebijakan itu, tidak adil, bahkan cenderung memicu kesenjangan dalam dalam dunia pendidikan khususnya di Kabupaten Luwu Utara. Mereka juga memberi argumentasi kalau pemberian tunjangan khusus kepada guru yang mengajar di daerah, seharusnya mengedepankan rasa keadilan dan pertimbangan kemanusiaan lebih humanis.
Sementara guru yang menerima tunjangan khusus mengaku, sudah tiga triwulan belum dibayarkan haknya. "Kami tunggu sampai sekarang belum cair. Padahal, setahu saya tunjangan khusus adalah hadiah tambahan bagi guru yang mengajar di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Kami perlu dibayarkan tunjangan khusus sesuai tepat waktu agar lebih bersemangat mengajar," ujar Zakaria, salah seorang guru penerima tunjangan khusus di Kecamatan Seko. ***
ka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H