Mengintili secuil di pulau dewata - Bali, ada penasaran dan godaan yang tak ayal untuk ditolak. Bali selalu dirindukan, keanekaan yang ada di Bali hampir semua menggoda. Di Bali, orang terkesan untuk mengukir kenangan kebahagiaan. Di Bali pun, selalu menjanjikan kepastian akan cerita kebahagiaan. Sentuhan totalitas wisata menambah sensasi Bali.
Keunikan panorama alam indah yang terbentang, memanjakan semua mata. Seketika "menghipnotis", termangu akan nilai estetika seni yang meresapi imajinasi. Suasana hening dan damai terasuk dari geografi kultur budaya leluhur. Petanda harmonisasi alam sangat kental terpahat dan terlukis. Pura "peran moral"satu interkoneksi positif yang memastikan kebahagian setiap pengunjung wisata.
Bali, akrab dengan tempat selebrasi pemurnian cinta. Pulau yang menjanjikan keheningan meditasi -- pemulihan jiwa-raga. Pun, aneka wisata ramah bagi keluarga dan teman sebagai penghibur. Julukan sebagai pulau dewata, serasa ada "dewa" kebaikan dan kebijakan pada setiap sudut dan lorong mengawal setiap pelancong wisata. Ketakjuban demi ketakjuban tampak tanpa ketakutan. Tak pelak, pemburu dan ekspedisi wisata tak hanya tergoda, tapi jatuh hati pada Bali. Tak heran, ada pelancong yang mempersiapkan kematiannya di Bali, karena Bali dirasakan sebagai tempat kebahagiaan.
Kultur budaya adat dan agama di Bali tidak kaku menjamu wisata yang ingin meluapkan kebahagian dengan kebebasan 3B (Bir, Bikini, "Babi"). Kebebasan, membebaskan tanda-tanda larangan di arena, tanpa sibuk harus mencampur aduk dengan moralitas dan sentimen. Pelancong wisata adalah pencari kebahagian dengan kebebasan. Penduduk penjaga kenyamanan bagi pengguna arena kebebasan.
"Peran moral" penduduk Bali lebih "aktif" daripada tanda-tanda larangan dan urusan kepolisian. "Peran moral" penduduk, sahabat akrab pelancong wisata. Siapa yang tidak tergoda?
"Peran moral" leluhur penduduk Bali tidak tereduksi dengan kehadiran kemegahan hotel-hotel mewah dan sayup "hingar-bingar" klub malam.
Moralitas dan pemujaan mereka tak terluka dan tak terusik dengan kehadiran wanita bikini hadir di arena uparaca adat mengabadikan momen. Hati dan batin mereka cukup kuat dalam memuja, tak terpengaruh pada godaan mata fisik. Salam mereka; "cari dan nikmatilah kebahagian tertinggi dengan kebebasan selama di Bali". Bali pun menggoda.
Seperti apa keakanan Danau Toba -- "The Monaco of Asia" mampu merayu pemburu-pelancong-ekspedisi wisata? Tak pelak, Danau Toba pun pernah dikenal dunia akan keindahan geografi panorama alam. Sekejap, seperti meredup bagi pemburu impian, kini bersiap pada proses "reinkarnasi" -- daur ulang sentuhan modernisasi dan akses. Ayo, Danau Toba, akan pilar pilihan destinasi wisata dunia. Akan dan akan.
Wajah rupa kultur budaya unik Batak, dan pigura panorama alam indah ada di sepanjang pesisir Danau Toba. Geografi kearifan leluhur, tentu diwujudkan sebagai "pagar moral" penjaga dan penjamin rasa aman dalam pencapaian kebahagiaan wisatawan. Tak perlu banyak menggantungkan "plang" tanda aman di sepanjang pesisir yang dapat "merusak" pandangan, cukup tampilkan keramahan -- kesopanan menyambut pelancong. Sambut mereka dengan jabatan dua tangan menutup dan menghangatkan tangan tamu, katakan;"cari dan nikmati kebahagian dengan aman selama di sini"
Memperindah Danau Toba dengan paparan "doa di atas bukit", menginspirasi pengunjung akan keselamatan pencapaian kebebasan kebahagian. Rangkaian sejarah agama dan bukti-bukti rumah peribadatan yang bertebaran, jaminan sikap perilaku penduduk atas doa dan berkat bagi pelancong wisata yang berkunjung. Tanda-tanda larangañ--denda--hukuman. akan tertutup dengan "pagar moral" penduduk. Jangan alergi dengan kombinasi kebebasan 3B, mereka tamu (tidak lebih dan tak perlu dilebih-lebihkan). Tamu adalah raja, "raja" melayani raja. Hmm...jamuan raja tentu layanan serba super.
Bali dan Danau Toba adalah karya besar Maha Agung dan Diberkati. Ketakjuban terbentang pada dua destinasi wisata ini, tampak pada atlas kebahagiaan di Indonesia. Rayakan keheningan dan pemurnian jiwa dalam suasana wisata. Pulihkan kejenuhan - kepenatan kehidupan di pantai dan di bukit-bukit panaroma. Rasakan pergerakan "antioksidan" jiwa terjadi pada kurva kebahagiaan.
Adakah "peran moral" tidak permisif dalam konteks kebahagian kebebasan wisata? Bali sudah membuktikannya. Apakah "pagar moral" terbuka pada semua 3B, Batak sudah pernah mengalaminya. Anti adalah menutup ruang terbuka wisata. Mata arif harus dapat memandang tawaran kemewahan hotel-hotel, gemerlap kafe-kafe malam, seliweran penikmat pantulan matahari pantai dengan busana bikini. Pemandangan tata krama tak semata di pantai, tapi tata krama dapat menaikkan pengunjung pantai.