E-business memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan e-commerce. E-business selain memberikan pelayanan kepada pelanggan, juga ada unsur kolaborasi serta transaksi online di dalamnya. Sementara e-commerce hanya berfokus kepada pertukaran barang dan/atau jasa (transaksi online) melalui internet.
Terus, pernahkah Anda mendengar marketplace?
Tidak sedikit juga orang yang menyamakan antara marketplace dan e-commerce. Sebenarnya ada perbedaan lho. Marketplace adalah platform pasar dimana di dalamnya memiliki lebih dari satu penjual / pemilik bisnis, sementara e-commerce adalah platform pasar dimana di dalamnya hanya ada satu orang penjual / pemilik bisnis.
- Contoh marketplace : Tokopedia, Shopee, Lazada.
- Contoh e-commerce : RADATIME, Otten Coffee.
Kembali lagi kepada pembahasan model bisnis e-business dan e-commerce, mari kita kupas tuntas.
1. E-Business
Beberapa perusahaan konvensional yang tidak menggunakan media online memiliki kesamaan proses bisnis di antaranya pembelian, inventori, penjualan, dan akuntansi. Kita ambil contoh pembelian, departemen pembelian akan menghubungi pihak supplier untuk meminta penawaran harga. Dari penawaran-penawaran yang dikantongi tersebut akan dibandingkan mana yang lebih kompetitif, barulah terjadi transaksi.
Karyawan-karyawan yang bertanggung jawab di bagian inventori pun harus senantiasa teliti dalam memastikan ketersediaan stok barang yang dimiliki.
Pengetahuan akan inventori sangat penting, misalnya cara membedakan kategori fast moving atau slow moving (harus berdasarkan data, jangan menggunakan feeling). Khusus barang fast moving tidak boleh sampai kehabisan stok karena dapat mengakibatkan kerugian secara tidak langsung dari sisi waktu.
Dengan manajemen inventori yang bagus sekalipun, terkadang bisa terjadi sedikit gesekan dengan departemen pembelian jika ada keterlambatan dalam pembelian barang. Padahal keterlambatan tersebut bukan disengaja, bisa jadi memang terjadi kenaikan harga sehingga perlu dipertimbangkan kembali, atau mungkin ketersediaan stok di tempat supplier juga telah tidak tersedia.
Kehadiran e-business mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Teknologi API yang bisa diintegrasikan dengan pihak lain (dalam hal ini adalah supplier) sangat memudahkan kedua belah pihak. Ketika stok mulai menipis, yang biasanya disebut buffer stock (stok minimal yang diperbolehkan perusahaan), maka e-business akan memberikan notifikasi / warning. Bisa juga pihak supplier mendapatkan notifikasi tersebut, semua tergantung kebutuhan bisnis yang ingin diterapkan di dalam e-business. Hal ini sangat bersifat agile di zaman sekarang yang harus serba cepat.
ERP juga merupakan bagian dari e-business. Baik ERP open source ataupun berbayar telah hadir dengan fitur-fitur yang kekinian mampu membantu bisnis perusahaan, sehingga perusahaan cukup berfokus kepada bisnisnya. Mengenai teknologi tinggal diserahkan kepada ERP. Walaupun demikian, juga perlu dipelajari kemampuan dari ERP tersebut, karena berdasarkan pengalaman Penulis, ERP perlu dilakukan sedikit kustomisasi sehingga sesuai dengan proses bisnis perusahaan.