Lihat ke Halaman Asli

Darwin

Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

Memahami Dahulu, Dipahami Kemudian

Diperbarui: 11 Januari 2020   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh: https://www.freepik.com/

Kita melihat orang lain senang, orang lain melihat kita senang. Perasaan ini mungkin pernah dirasakan oleh setiap orang. Ketika orang berkedudukan tinggi atau memiliki mobil, kita berpikiran orang tersebut kaya raya dan hartanya berkelimpahan. Apakah kita tahu mobil itu miliknya? Apakah kita tahu kedudukannya itu tidak stres? 

Hal yang sama ketika orang lain melihat kita. Misalkan kita bekerja di suatu perusahaan dan dipercaya menduduki suatu jabatan sebagai pimpinan, fasilitas yang didapatkan sudah pasti melebihi staf pada umumnya. Akan tetapi tanggung jawabnya juga lebih.

Orang lain hanya bekerja 8 jam sehari, pimpinan bekerja 15 jam per hari. Hitung-hitungan matematika sederhana saja sebenarnya terhitung bahwasanya gaji yang didapatkan itu sama. Contohnya orang lain bekerja per hari mendapatkan 80 ribu (8 jam kerja), pimpinan bekerja per hari mendapatkan 150 ribu (15 jam kerja), sama bukan?

Konsentrasi dan kehati-hatian seorang pimpiman sangat dituntut tinggi, bahkan kesalahan anggota juga menjadi kesalahannya. Tidak boleh sedikitpun kita menunjukkan stres ketika menjadi pimpinan, karena pimpinan menjadi contoh bagi anggotanya untuk tetap semangat. Sebesar apapun rintangan yang dihadapi, seorang pimpinan tetap bersikap optimis. Ini Penulis sangat yakin 100% karena Penulis sudah sering mengalaminya.

Sebagai leader tentunya (ada perbedaan antara leader dan manager) memiliki sikap empati kepada anggotanya. Akan tetapi tidak semua hal bisa 100% mulus. Ada hal yang kita inginkan tetapi tidak bisa direalisasikan.

Anggota terkadang memiliki tuntutan yang berbeda, ketika seorang leader mampu mewujudkannya maka tuntutan anggota mulai bertambah (ingin ini dan ingin itu).

Sementara leader sendiri tidak bisa memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi miliknya, dia hanya bisa memperjuangkan sesuatu untuk anggotanya. Memang benar tujuan utama adalah menjaga ekosistem kerja dan mempertahankan anggota supaya tidak direkrut oleh orang lain.

Akan tetapi inilah yang sering menjadi bumerang, anggota tidak paham kesulitan leader. Ketika muncul suatu masalah, anggota mengejar apa yang dia inginkan terlebih dahulu tanpa memikirkan jasa pimpinannya. 

Sebagai manusia seharusnya bersyukur, memahami orang lain terlebih dahulu, barulah kita menuntut untuk dipahami. Hidup adalah seperti roda. Sekarang kita berada diatas, besok bisa jadi kita berada dibawah.

Ketika orang telah mendapatkan kesempatan sebagai leader, kurang lebih hal yang dialami adalah sama, yaitu menjaga ekosistem dan anggotanya supaya tetap loyal.

Jadi jika ada perasaan saling memahami, maka hubungan antar manusia akan tetap akur dan awet. Untuk apa mempertahankan ego karena hidup cuma sekali. Harta materi tidak bisa dibawa mati, yang bisa dibawa mati adalah nama baik dan kebijaksanaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline