Setiap manusia adalah pemenang karena kita berhasil tercipta di dalam perut ibu kita. Kita bersaing dengan calon benih-benih lainnya sebelum berhasil menjadi janin di dalam perut ibu.
Dari awal sudah menjadi pemenang, tetapi kenapa manusia sering mengeluh dan kecewa ketika mengalami kegagalan, bahkan ada yang menyesali keberadaan hidupnya? Apakah kita harus selalu menang? Apakah kita tidak boleh kalah?
Apakah dunia sudah kiamat ketika kegagalan menghampiri kita? Seharusnya belum kiamat, karena Penulis masih sempat menulis disini.
Perasaan gagal dan menang harus pernah kita alami, jalanan yang rata saja terdapat lekukan. Ketika kita gagal, pelajaran berharga yang kita pelajari adalah kita belum belajar maksimal untuk menjadi pemenang, bahkan perlu kita tanamkan pola pikir bahwasanya kita sedang memberi kesempatan kepada orang lain untuk menikmati kemenangan.
Dengan berpikir demikian membuat kita tidak terlalu larut dalam kekecewaan dan secara tidak langsung kita sedang menumbuhkan kebijaksanaan.
Ketika kita menang, kita boleh berbangga, tetapi setelahnya kita harus membawa orang lain menuju kemenangan seperti yang sedang kita rasakan. Ini adalah wujud dari seorang leader (pemimpin) sejati.
Menang atau kalah adalah pilihan, yaitu seberapa besar tekad kita untuk berusaha. Pilihan ada di tangan kita. Kita membuat pilihan untuk mendapatkan peluang.
Peluang tidak digapai dengan tangan kosong, harus ada usaha dan pengetahuan. Belajar terus untuk mendapatkan pengetahuan semesta. Semua pengetahuan terhubung satu sama lain, sehingga ketika peluang berhasil diambil maka dipastikan akan terjadi suatu perubahan.
Perubahan adalah hasil dari pilihan dan peluang yang dikejar. Contoh sederhananya adalah ketika kita lapar, kita membuat pilihan untuk membeli makanan (katakanlah pilihan kita adalah nasi ayam).
Nasi ayam yang dijual oleh penjual pertama tentunya memiliki rasa yang berbeda dengan penjual kedua sehingga informasi yang meresap ke dalam otak kita adalah nasi ayam mana yang paling enak.
Di kemudian hari jika ingin berbisnis kuliner nasi ayam, maka tolak ukur enak tidaknya nasi ayam adalah nasi ayam pilihan yang pernah dilakukan. Ini adalah peluang yang tercipta dari suatu pilihan bukan?