Bosan liburan ke Bali, udah pernah ke Nusa Lembongan belum? Tiga kata yang bisa saya ucapkan selama berada di sana dua hari satu malam, “Indah, indah dan indah”.
Tapi sebelum ke sana, kita harus menyebrang terlebih dahulu menggunakan kapal (boat) di pelabuhan Sanur jalan Hangtuah. Buat yang enggak tau di mana jalan HangTuah, patokannya bisa memakai Warung MakBeng yang terkenal itu. Pasti tau dong. Dari warung MakBeng, jalan dikit menuju ke arah pantai.
Pelabuhan Sanur tidak sebesar pelabuhan Ketapang – Gilimanuk atau Merak – Bakauheni. Tidak mengangkut kendaraan bermotor. Hanya penumpang dan kebutuhan sembako saja.
Jenis kapal yang ditawarkan ada dua jenis, kelas biasa dan mewah. Saya pilih yang biasa saja, yang penting nyebrang. Jadwal keberangkatan bervariasi, ada yang pagi sekitar jam 08.00an, siang dan sore. Harga tiket domestik paling standar dan murah adalah Rp 75 ribu (harga berlaku sewaktu saya berangkat, Kamis tgl 27/4 kemarin). Ada proses tawar menawar di sana. Selisih Rp 10 ribu masih oke lah.
Tidak perlu pusing soal penyewaan motor maupun penginapan. Sewaktu membayar biaya penyebrangan, banyak orang yang menawari kita. Mau akomodasi murah meriah macam kost, menengah sampai private nan elit pun ada. Biaya sewa motor perhari sekitar Rp 75 ribuan (motor vario).
Karena tidak ada dermaga khusus untuk bersandarnya kapal, maka mau tidak mau kita harus berbasah-basahan dengan air laut. Ada tiga tips dari saya soal penyebrangan ini,
- Pertama: LUPAKAN sepatu! Kita lagi mau liburan ala anak pantai ini, bukan mau pergi ke mall atau kondangan. Paling bagus pakai sepatu sandal ala gunung. Sandal japit sih boleh aja, tapi menurut saya kurang oke. Takut pengait depannya putus atau lepas.
- Kedua: LUPAKAN celana panjang. Jangankan celana panjang, celana pendek aja masih kena air laut kok. Gak lucu kan celana basah-basah tetap dipakai? Bisa masuk angin atau paling parahnya bisa jamuran selangkangan kita nanti.
- Ketiga: MINUM OBAT anti mabok laut. Hal ini berlaku buat kamu yang gak kuat perjalanan laut. Ini serius. Muntah di dalam kapal, selain bikin malu, juga bisa ngaruh ke penumpang lain. Ada yang jijik, ada juga yang jadi ikut-ikutan mual.
- Keempat (opsional / tambahan): Bila memungkinkan atau diperbolehkan, pilih duduk di atap kapal. Hal ini berlaku buat perjalanan pagi dan sore hari. Jangan pas siang tengah bolong, panasnya terik banget. Bisa seperti ikan asin kita. Selain itu kalau hujan juga basah kuyup kita. Kenapa saya sarankan duduk di atap?
- Duduk di atas lebih seru. Kita bisa melihat bebas pemandangan sekeliling kita. Wajah dan rambut terkena tiupan angin, bisa motret-motret dan lain sebagainya. Sedangkan duduk di tempat yang sudah disediakan ruang geraknya amat terbatas. Terombang-ambing di ruang tertutup bagi sebagian orang itu horor banget. Efeknya ya mual dan pusing. Hal selanjutnya bisa ditebak, apa yang bakal terjadi.
Perjalanan menyebrang dari Sanur ke Nusa Lembongan memakan waktu antara 30 – 45 menit. Barang bawaan seperti tas atau sembako diletakkan pada atap kapal. Tak lupa diberi jaring pengaman agar tak jatuh ke air laut.
Lantaran ini kali pertama saya ke Nusa Lembongan, sudah barang tentu rasa antusias saya membumbung tinggi hingga ubun-ubun kepala. Senyum terus mengembang sepanjang perjalanan. Beruntung saya gak kembung karena kemasukan banyak angin. Di atap kapal saya pun pecicilan. Ke sana kemari. Gak bisa diem. Asik mengambil banyak foto dengan kamera aksi. Karena bertingkah mirip cacing kepanasan itu pula saya kena tegur.
“Diem 'na 'e, Mas! Goyang ini kapalnya!,” seru salah seorang awak kapal bernada agak senewen dengan logat khas Bali-nya.
Ternyata saya baru tau. Berubahnya posisi duduk saya akan memengaruhi keseimbangan kapal. Terlebih sewaktu kapal tengah berjibaku melawan ombak laut yang kelihatannya tenang, tapi ternyata tidak. Kapal yang saya tumpangi kapasitasnya kurang lebih 30an orang.