Pagi jelang siang (semalem tidur pules banget, serius), saya berangkat menuju Ambrosia Restaurant untuk menunaikan sarapan pagi. Setiba di sana saya pun terbelalak kebingungan.
Bingung karena menu yang ditawarkan banyak banget, mulai dari menu pembuka, utama hingga penutup pun ada. Minumannya mulai dari air putih, juice segar, susu hingga jamu (kunyit dan asam serta jahe dan gula) juga ada. Sedangkan menu yang dihidangkan ada steam rice, Ambrosia fried rice, fried soun with vegetables, sauteed mix vegetables, noodle cup egg, puding, croissant, nasi kuning, lalapan, salad, soft roll, bubur kacang hijau dan masih buuuanyak lagi!
(Baca juga: "Best Western Resort Bali, Kenyamanan yang Membius part.1")
Well, hal pertama yang saya lakukan adalah berkeliling. Minimbang-nimbang menu apa yang mau dicicipi terlebih dahulu sembari hunting foto kece. Sudah tau apa yang mau disantap? Belum. Saya justru order ke salah satu staff, secangkir kopi hitam tanpa gula (tetep).
'Partner in Crime' saya mulai senewen, karena melihat saya terlalu santai dan belum juga menentukan pilihan. Akhirnya saya mengambil seporsi bubur ayam (I'm porridge guy!).
Tingkat kematangan buburnya pas, masih ada tekstur nasinya. Rasanya tak terlalu asin dan gurih. Hal tersebut menurut saya wajar, karena di sini banyak turis asingnya. Mereka tidak suka makanan kelewat asin, manis, pedas maupun gurih.
Di atas bubur diberi topping potongan daging ayam dan telur dadar yang disuwir. Tak lupa irisan seledri untuk menambah cantik penampilan dan cita rasanya. Potongan dagingnya royal!
Terdapat booth khusus memasak telur di sana. Lengkap dengan juru masak yang selalu standby. Di stan ini, saya memesan omelet. Selain omelet, kamu bisa order telur mata sapi maupun telur dadar. Tingkat kematangannya pun disesuaikan dengan selera kita.
Omeletnya berisikan potongan bawang bombay dan tomat. Sebagai pendamping omelet, saya juga mengambil dua buah sosis ayam, potato cube with paprika powder dan chicken with sweet soya sauce. Tadinya saya pikir kentang ini dipanggang, karena tidak berminyak sama sekali. Ternyata dugaan saya salah. Kentang direbus terlebih dahulu setengah matang, agar bagian dalamnya matang sempurna, lantas baru digoreng.
Untuk menghilangkan minyak berlebih, setelah digoreng, kentang diletakkan pada tissue khusus penyerap minyak. Setelah itu baru disajikan ke depan. Kemudian potongan daging ayamnya lagi-lagi royal! Ukurannya kira-kira sebesar satu ruas jari orang dewasa. Dagingnya terasa padat dan sedikit manis.
“Sausnya dibuat dari kecap manis dan jamur, jadi warnanya tidak terlalu pekat,” ujar Lisa, staff F&B Service, yang menemani saya berkeliling ketika mengamati tiap menu yang disajikan ketika itu.