Lihat ke Halaman Asli

Darul Azis

Wirausahawan

Jelajah Malam Museum Vredeberg Membuatku Semakin Mencintai Indonesia

Diperbarui: 5 Oktober 2018   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer Jogja dalam acara Jelajah Malam Meseum [Foto: Monyoku]

Sore itu, kawasan parkir museum Vredeberg terlihat sudah ramai oleh wisatawan. Saya sampai mengantre beberapa saat untuk memarkirkan kendaraan. Namun para pengantre itu, saya lihat kemudian tidak berkunjung ke museum, mereka ke kawasan titik nol dan Malioboro. Mungkin karena sudah sore juga dan meseum akan segera tutup, makanya mereka tidak berkunjung ke sana. Apalagi saya lihat para pengunjung  museum juga sudah mulai banyak yang berjalan keluar mengakhiri kunjungannya.

Begitu sampai di petugas parkir, saya baru ingat tidak punya uang kecil. "Waduh!", pikir saya. Meski sempat ragu, saya kemudian berkata "Pak, ngapunten, yotro kula atusan ewu," seraya mengulungkan selembar uang seratusan ribu. Saya berkata begitu karena bagi orang Jawa, hal semacam itu tidak pantas dilakukan kecuali memang sudah sangat terpaksa.

"Nggih mpun, bablas mawon Mas." Jawab petugas parkir. Saya sedikit lega, tapi sekaligus merasa tambah merasa tidak enak, karena itu artinya saya tidak membayar retribusi parkir. Lalu saya mengucapkan terima kasih kepada petugas itu sambil memberinya senyum terbaik tanda persahabatan.

Setelah memarkir kendaraan, saya kemudian masuk ke museum. Saya bertanya kepada petugas tempat digelarnya acara Malam di Museum yang digelar oleh komunitas Malam Museum. Oleh petugas, saya kemudian diarahkan masuk tanpa harus membayar tiket masuk.

Baru ada beberapa peserta yang datang. Masih belum ramai. Saya kemudian menuju musala untuk salat asar. Musala di museum ini dipisah antara untuk perempuan dan laki-laki, meski tempat wudhunya tidak.

Para peserta saat menerima arahan dari perwakilan Museum Vredeberg [Foto: Monyoku]

Selepas salat, saya baru kemudian mendaftar ulang kepada panitia sebagai peserta jelajah museum malam itu, mewakili Kompasianer Jogja bersama 8 teman lain. Sambil menunggu peserta lain datang, saya berbincang dengan beberapa peserta yang hadir dan kemudian bertemu dengan teman-teman dari K-Jog.

Acara yang diikuti oleh 100 peserta dari berbagai komunitas anak-anak muda itu baru benar-benar dimulai pukul 05 sore dan dikomandoi oleh Mas Erwin selaku pendiri komunitas Malam Museum.

Kami juga disambut oleh perwakilan dari Museum Vrederberg, Pak Gunawan. Dalam sambutannya ia mengatakan, penyelenggaraan Jelajah Malam Museum memiliki satu tujuan khusus yakni untuk memperkenalkan Museum Benteng Vrederberg sebagai kebanggaan bersama.

"Meseum ini merupakan salah satu meseum khusus perjuangan bangsa. Untuk itu, perlu diperkenalkan kepada publik agar ini meseum dikenal secara lebih luas." ujarnya.

Meski berada di kawasan yang sangat strategis, namun masih banyak wisatawan yang belum menjadikan meseum ini sebagai salah satu tujuan wisatanya selama di Jogja. Saya sendiri pun, yang sudah 7 tahun di Jogja, baru kali ini memasuki museum ini. Para wisatawan, umumnya lebih tertarik mengunjungi Malioboro, Pasar Beringharjo, dan berfoto dan berbincang ria di kawasan titik nol. Termasuk juga saya. 

"Harapannya, museum ini kelak akan bisa menjadi kebutuhan publik dan wisatawan. Perlu diketahui pula, Benteng Vredeberg juga merupakan bangunan cagar budaya nasional yang baik pemeliharaannya." Pungkas Pak Gunawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline