Aku tercipta dari keinginanmu yang selalu bertambah dan ingin lepas dari suatu masalah. Tugas pertamaku adalah menemani hidupmu di dunia yang penuh dengan masalah yang terkadang kau jualah yang jadi sumber masalahnya.
Terjalku dan likuku tergantung di mana kau berada dan kau ingin ke mana. Kau bisa membuatku menjadi sepanjang harapan. Kau bisa membuatku menjadi setajam ingatan. Dan kau juga bisa mengguntingku menjadi sependek keputusasaan.
Setiap hari aku selalu menjadi saksi ketergesaanmu. Namun kadang kala aku juga pernah menjadi teman keleluasaanmu; kau mengajakku bernyanyi dan mendongeng perihal segala yang indah di matamu. Ini biasanya terjadi di tanggal-tanggal muda setelah kau menerima gaji dari tempatmu bekerja.
Aku tak pernah membuatmu tersesat. Hanya kaulah yang terkadang salah memilih arah dan lalu enggan bertanya kepada mereka yang waskita. Maka sebelum pergi, biasakanlah untuk merencanakan tujuanmu dengan benar dan pasti. Agar kelak kau tak tertipu oleh penglihatanmu sendiri.
Kau memberiku nama-nama yang indah dan memesona, mulai dari pahlawan hingga bunga-bunga. Tapi kau kadang juga memberiku sumpah serapah dan menaburiku dengan bunga-bunga yang kaukeramatkan. Karena kau menganggapku rawan dan mencelakakan, walau sebenarnya kaulah yang kurang waspada tentang keselamatan.
Oh iya. Terkadang aku menjadi sumber dosa bagi para pejabat negara yang jahat lakunya. Mereka memakanku atas nama anak cucu. Ini terkadang merepotkanmu, karena harus berjibaku dengan lubang-lubangku.
Baiklah kawanku, kini sudah tiba saatnya kujelaskan padamu ihwal tugas terakhirku. Kata-Nya, aku harus bisa menuntunmu sampai pada tujuan. Entah dalam keadaan selamat atau celaka. Ini tergantung pada kau punya doa.
(2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H