Lihat ke Halaman Asli

A Darto Iwan S

Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak. (Darto, 22 Oktober 2024)

AI Membunuh Kreatifitas Manusia?

Diperbarui: 23 Oktober 2024   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membahas apakah AI mematikan kreativitas manusia, perlu dipahami definisinya sendiri. Inteligensi Artifisial (AI) merupakan teknologi komputer yang dapat melakukan proses pemikiran seperti manusia, termasuk pengenalan pola, analisis data, serta membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia. Sementara itu, kreativitas merujuk pada kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu baru atau menemukan solusi yang belum ada sebelumnya melalui kombinasi gagasan dan pengetahuan.

AI dapat melakukan pekerjaan kreatif seperti membuat gambar, menulis puisi, atau bahkan musik. Mengerikan, bukan ? Hal ini membuat beberapa orang khawatir bahwa AI akan menggantikan pekerjaan manusia dalam bidang kreatif. Misalnya, sebuah karya seni yang dibuat oleh AI berhasil memenangkan kontes seni di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa AI sudah cukup maju untuk menghasilkan karya yang impresif.

Orang-orang mungkin terlalu bergantung pada AI untuk mendapatkan inspirasi atau melakukan pekerjaan kreatif. Jika begitu, maka kemampuan berkreasi secara mandiri tanpa bantuan teknologi mungkin akan hilang. Sebagian orang khawatir bahwa jika kita terlalu bergantung pada AI, maka kita tidak akan lagi memiliki kemampuan untuk berkreasi secara alami.

Teknologi AI sering kali menggunakan dataset yang sudah ada untuk melatih modelnya. Dataset ini sering kali berupa karya seni milik orang lain. Hal ini dapat menyebabkan pelanggaran hak cipta karena AI tidak memiliki izin untuk menggunakan karya tersebut. Contohnya, AI mungkin menggunakan karya seni dari seniman lain untuk melatih modelnya, sehingga seniman tersebut tidak mendapatkan kompensasi yang pantas.

Hasil karya dari AI kadang-kadang tidak 100% orisinal karena AI hanya mengombinasikan elemen-elemen yang sudah ada. Kurang kreatif juga, ya? Ini berarti bahwa karya yang dihasilkan oleh AI mungkin tidak memiliki sentuhan personal dan unik yang dimiliki oleh karya manusia. Misalnya, jika AI membuat sketsa kapal induk, maka sketsa tersebut mungkin diterjemahkan sebagai pesawat terbang dan laut sebagai langit, menunjukkan bahwa AI masih memiliki kelemahan dalam memahami pengalaman manusia.

Teknologi AI dapat menggantikan pekerjaan para ilustrator karena kecepatan dan kemudahan yang didapat oleh penggunanya. Hal ini membuat beberapa ilustrator khawatir bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan mereka karena AI yang lebih cepat dan murah.Dan sepertinya kekhawatiran ini wajar , kan ?

Penggunaan AI dalam bidang seni dan literatur dapat menghilangkan nuansa emosional dan keaslian yang dimiliki oleh karya-karya manusia yang dibuat secara tradisional.

Terlalu bergantung pada AI untuk mendapatkan ide dan melakukan pekerjaan kreatif bisa membuat kita kurang inovatif, karena kreator semakin bergantung pada hasil yang ditunjukkan oleh sistem buatan.

Contohnya adalah studi yang dilakukan oleh para peneliti menggunakan model bahasa GPT-4. Mereka menemukan bahwa meskipun AI dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas karya bagi penulis kurang kreatif, namun ia tidak memberikan banyak kontribusi signifikan kepada penulis yang sudah kreatif dari awal. Selain itu, cerita-cerita yang dibuat dengan bantuan AI tampaknya lebih seragam daripada yang dicipta sepenuhnya oleh manusia.

Untuk menghindari ancaman AI terhadap kreativitas manusia, kita perlu mengambil beberapa langkah strategis. Penting untuk tetap mengembangkan kemampuan dasar kreatif seperti observasi, eksplorasi, dan spontanitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline