Lihat ke Halaman Asli

Merangkai harmoni dan Rantai dalam Keberagaman

Diperbarui: 23 November 2024   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perbedaan adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang mencermin keunikan setiap individu, kelompok, maupun budaya. Perbedaan itu bukanlah hal yang buruk, melainkan memiliki dampak yang signifikan baik dalam memperkaya wawasan maupun menciptakan inovasi melalui klaborasi berbagai perspektif. 

Beberapa kelompok masyarakat tidak mengakui dan tidak menyukai adanya perbedaan di tengah-tengah masyarakat. Mereka dilatar belakangi oleh pengalaman ketidakpahaman, ketakutan, atau pengalaman negatif. Ketidaktahuan tentang budaya, agama, atau nilai nilai lain yang berbeda sering kali memicu stereotip yang membuat mereka merasa terancam. Selain itu, rasa superioritas terhadapkelompok sendiri dan mendorong sikap menolak keberagaman. 

Perbedaan memiliki manfaat dan menjadi aspek yang sangat penting dalam memperkaya perspektif dan meningkatkan toleransi empati. Keberagaman pandangan, budaya, dan pengalaman hidup membantu memperluas cara berpikir seseorang. Ini memungkinkan adanya solusi kreatif dan inovasi yagn lahir dari berbagai sudut pandang. 

Pada akhir Oktober 2024, SMA Kolese Kanisius Jakarta mengadakan ekskursi lintas agama yang melibatkan siswa kelas XII. Kegiatan ekskursi lintas agama ini menekankan pentingnya toleransi antara umat beragama. Siswa SMA Kolese Kanisius diberikan kesempatan untuk merasakan dan mengalami kehidupan sehari hari sebagai seorang santri dalam pondok pesantren. Disinilah para kanisian akan mengetahui lebih dalam segala keseharian dan budaya agama Muslim. 

Pada kegiatan ekskursi ini, Siswa kelas XII dibagi menjadi 8 kelompok dan setiap kelompok mendapatkan pondok pesantren yang berbeda-beda. Tentu ada beberapa pondok pesantren yang menyediakan fasilitas dengan kualitas yang baik, standar, dan ada juga menyediakan fasilitas yang sangat sederhana. Selama di pondok pesantren, siswa diperkenalkan dengan keberagamaan agama dan budaya di Indonesia. Kanisian melihat bagaimana pendidikan agama dipadukan dengan pembentukan karakter melalui aktivitas sehari-hari. 

Kegiatan ekskursi ini berlangsung selama 3 hari 2 malam. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh para kanisia selama di pondok pesantren, seperti menciptakan suasana khidmat yang mendalam, mendengarkan para santri membaca ayat-ayat Al-Quran dengan nada merdu, dan mencipatkan suasana khidmat yang mendalam. Selain itu, berbagai pertunjukan seni Islami dan pertunjukan talenta dari setiap santri. Beberapa pesantren menyediakan kegiatan diluar ekskursi yang meningkatkan keakraban dan saling mengenal antara kanisian dan santri-santriwati. Kegiatan ini membuka pemikiran Kanisian tentang budaya masyarakat Muslim. Media sosial yang selalu mndeskripsikan masyarakat Muslim sebagai ekstrimis dan radikal. Namun, dengan kita hidup dekat dengan masyarakat Muslim maka akan terlihat bahwa apa yang dilampirkan di media sosial tidak semua sesuai dengan kenyataan 

Sebagai seorang kanisian yang terbiasa tinggal dalam kemewahan dan semuanya serba ada, hal tersebut terasa sangat berbeda ketika kita meninggalkan segala kemewahan tersebut, kita akan semakin sadar untuk menekankan nilai toleransi dan nilai nilai penghargaan. Salah satu contoh pesantren AL-Marjan, Kanisian tidak makan menggunakan sendok seperti yang dilakukan sehari hari. Namun di pondok pesantren ini memiliki sistem makan bersama dan para santri dan santriwati tidak menggunakan sendok dan garpu untuk makan, melainkan langsung menggunakan tangan sebagai media makan. Selain itu, saat tidur, para kanisian yang biasanya menggunakan ranjang untuk istirahat atau tidur malam, di pondok pesantren AL-Marjan hanya menggunakan karpet sebagai alas untuk tidur. Dari contoh contoh seperti ini, para kanisian dilatih untuk belajar sederhana dan saling mengharga satu sama lain. 

Kegiatan ekskursi lintas agama ini juga merupakan sebuah perjalanan penuh makna. Sebuah perjalanan untuk memahami keberagaman, meleburkan prasangka, dan melihat keindahan dalam perbedaan. Sebuah perjalanan yang mengingatkan bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima, tetapi juga tentang menghormati dan belajar dari orang lain.Satu quote yang cocok untuk mencerminkan semangat ini adalah dari Ban Ki-moon:  "Tolerance, intercultural dialogue and respect for diversity are more essential than ever in a world where people are becoming more and more closely interconnected." yang berarti "Toleransi, dialog lintas budaya, dan penghormatan terhadap keberagaman menjadi semakin penting di dunia di mana manusia semakin terhubung satu sama lain."

Pendapat saya sendiri, setelah mengikuti kegiatan ekskursi lintas agama ini, saya semakin yakin bahwa ekskursi seperti ini adalah pengalaman yang sangat penting dan seharusnya terus diadakan. Ekskursi ini bukan sekadar perjalanan, tetapi sebuah kesempatan berharga untuk secara langsung merasakan keberagaman, belajar dari orang-orang yang berbeda latar belakang, dan menghidupi nilai-nilai toleransi. Jika kegiatan ini dihapuskan, maka peluang untuk benar-benar memahami dan menghargai budaya lain akan hilang. Meskipun ada banyak cara untuk menanamkan nilai toleransi, menurut saya, nilai tersebut akan lebih bermakna dan melekat jika dialami langsung melalui interaksi nyata di lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline