Sampling dan interpolasi tampak menjadi tren yang tak terhindarkan di industri musik saat ini. Tidak jarang kita menemukan bahwa lagu-lagu yang sedang berputar di media sehari-hari terdengar familiar.
Pola produksi musik dengan cara sampling maupun interpolasi ini baru saya sadari secara pribadi pada akhir tahun 2023 saat beredar konten-konten dari akun TikTok @jarredjermaine yang mengulik berbagai lagu populer yang sebenarnya adalah hasil sampling atau interpolasi.
Kebiasaan praktik semacam itu cukup mencurigakan bagi saya sehingga saya mulai menulusurinya. Pada artikel ini, saya ingin membahas dengan singkat saja tren sampling dan interpolasi di dunia permusikan sekarang serta sedikit memberikan opini saya terhadap keduanya.
Pertama-tama, definisi dari sampling itu sendiri harus dimengerti. Sampling adalah suatu tindakan mengambil bagian-bagian audio musik yang sudah ada untuk dimasukkan ke dalam lagu yang hendak diproduksi.
Umumnya, audio yang diambil akan diperlambat, dipercepat, atau sekadar dikecilkan audionya dan diulang-diulang di belakang untuk menemani lirik utama lagu ciptaan mereka yang melakukan sampling.
Tindakan sampling sendiri banyak dilakukan oleh berbagai artis di industri musik kontemporer. Namun beberapa contoh artis yang kerap melakukan hal tersebut adalah Eminem dan Dua Lipa.
Salah satu contohnya adalah lagu "My Name Is" karya Eminem yang merupakan hasil sampling terhadap lagu "I Got The..." milik Labi Siffre. Di sisi lain, "Love Again" karya Dua Lipa dibuat dengan sampling lagu "My Woman" ciptaan The Monseigneur Band dan Al Bowlly.
Sampling pun ditemukan juga di lagu-lagu K-Pop dan salah satu contohnya adalah lagu dari Le Sserafim, yaitu "Eve, Psyche & The Bluebeard's Wife" yang mengambil sampel untuk bagian intronya dari sebuah sample pack milik Zenhiser.
Interpolasi sendiri berarti mengambil melodi dari suatu lagu yang sudah ada untuk dimasukkan ke dalam karya yang hendak diproduksi.