Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Nur Alim

Mahasiswa Prodi PGSD UM Kuningan

Nur'alim KKN di Malaysia (Part 2)

Diperbarui: 28 November 2023   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi kegiatan KKN Malaysia. Dokpri. 

20.00 WPM, Kamar 1 petak yang berada diatas lantai tiga dari warung yang bernama kedai kerinci daerah Hulu Langat batu 14, Selangor, Malaysia. Aku duduk diatas kasur yang sudah tipis setipis kapas, seperti sudah dipakai beribu-ribu tahun, dengan Thinkpadku yang aku simpan di pangkuan kaki berselonjor dan aku yang menyender ke tembok membelakangi depan kamar ini. Tak lupa ku gantungkan satu earphone bloetooth hitam pemberian kakak di telinga kananku, walau ku sedikit kesal karena speakernya mati satu, jadi aku pakai hanya sebelah saja.

"semakin....ku mencintaimu.... semakin ku harus melepasmu dari hiduku..." lagu mix yang di cover oleh Felix.
Gabut, itu kata yang sering dikatakan oleh banyak kaum muda generasi-z. Ya, memang itu yang sedang aku rasakan saat ini, bosan, dan ingin pulang ke kampung halaman, padahal KKN hanya berlangsung selama satu bulan, tapi baru juga pertengahan bulan aku sudah ingin pulang. Entahlah, mungkin karena aku belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga muncul rasa bosan dan tidak betah. 

Tapi mau gimana lagi, ini sudah menjadi bagian daripada resiko kita hidup di Negri Jiran, walaupun Malaysia masih bertetangga dengan Indonesia tapi tetap saja tidak bisa Seenaknya pulang pergi begitu saja.
pada masa gabut ini aku ingin sedikit bercerita, atau mungkin biasanya orang menyebutnya dengan curhat, Curahan Hati yang seharusnya bisa diceritakan kepada seseorang, namun apalah daya, aku belum mempunyai pasangan yang bisa mendengarkan seluruh cerita hidupku yang memang sampai keampasnya.

Oke langsung aja ke ceritanya.
Jadi, teman satu kelompok KKN di Negri Jiran saat ini ada Mas Yudi dari Sumbawa NTB yang berkuliah di UMM, beliau lebih muda satu tahun dariku tapi kuliahnya satu tahun lebih dulu dariku, entahlah akupun tak paham, tapi ceritanya memang begitu. Bagiku dia memang orang yang berkompetensi, selain cakap dalam berkomunikasi aku sering mendengar juga kala dia mengaji seusai sholat, ternyata dia seorang Qori, aku menduga kalau dia lulusan pesantren sih, tapi entah aku tak pernah menayakan hal itu. dan temanku yang kedua ada Kang Jamal dari Kuningan, dia masih satu Universitas denganku, tapi karena kita tidak satu prodi juga tidak satu organisasi sehingga aku hanya mengetahuinya tanpa mengenalnya saat itu. Kita menjadi sedikit akrab karena mengikuti satu program yang sama yaitu KKN ini. 

Dia orangnya suka berolahraga sesuai dengan prodinya yaitu PJKR, dan yang aku salut dia orangnya cerdik, ada saja ide dan gagasan yang memang menurutku menarik. Oh ia satu lagi dia juga pelatih Tapak Suci. Kami bertiga bersama-sama melaksanakan berbagai program KKN disana dengan berbagai kompetensi kami masing-masing.

Ets...ada satu lagi yang lupa aku sebutkan, Malfa Layla seorang mahasiswi dari Ciamis yang berkuliah di Bandung dengan jurusan farmasi, tapi aku lupa di universitas mana ya dia, entahlah aku lupa. Dia sudah dua pekan lebih dulu ada di Sanggar ini untuk melakukan pengabdian namun dengan program yang berbeda dengan kami. Dia disana sekitar empat bulan. Wah aku sih satu bulan aja udah bosan hehe, apalagi ini sendiri.

Keseharian kami adalah mengajar anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia. Capek banget sih ngajar mereka, apalagi anak-anak TK, duh luar biasa susah, entah bagaimana latar belakangnya, disamping harus bisa menarik perhatian mereka, ada juga beberapa siswa yang tingkat kecerdasannya itu sangat rendah, sampai-sampai ku sudah intruksikan untuk ikuti perkataanku dalam mengeja huruf abjad sampe beberapa kali, tapi tidak hafal-hafal. Sudahmah Guru aslinya itu galak sekali, aku jadi agak sedikit takut, hehe. Padahal galaknya itu ke anak-anak.

Kita mengajarnya bergilir jadi pekan pertama aku di kelas rendah, pekan kedua di kelas TK dan pekan terkahir nanti aku mengajar kelas tinggi. Tak hanya itu, kita juga dituntut untuk melakukan penelitian dengan luaran Jurnal Internasional.

 Yah mungkin itu aja dulu deh untuk cerita kali ini hehe, Nanti kita lanjut lagi, terimakasih yang sudah membaca. Semoga menjadi inspirasi. 

Writer: Muhamad Nur'alim

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline