Lihat ke Halaman Asli

Menilik Kebiasaan Menyontek Ketika Ulangan

Diperbarui: 2 Desember 2023   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istockphoto.com

Menilik Kebiasaan Menyontek Ketika Ulangan

Pada kesempatan kali ini, saya ingin mencurahkan sedikit gagasan mengenai kebiasaan menyontek di sekitar saya.

Sudah tak asing lagi ketika kita mendengar kata menyontek karena hal tersebut sudah mengakar kuat menjadi kebiasaan di Indonesia. Bahkan dalam ruang lingkup kecil pun ketika kita melihat sekeliling, saya yakin pasti ada saja kata verba (read: perbuatan) tersebut. Menyontek berasal dari kata 'sontek' yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti mengutip (tulisan dan sebagainya) sebagaimana aslinya; menjiplak. 

Saya duduk di bangku sekolah menengah atas. Kala itu, saya pulang terlambat karena mendapat jadwal piket kelas. Saya menyapu lantai kelas ketika semua orang telah pulang bersama teman jadwal piket yang kebetulan teman sebangku saya. Sudah menjadi kebiasaan saya untuk mengecek sampah di laci meja dan memiringkan kursi ke meja untuk mempermudah saya ketika menyapu. Kenapa tidak saya angkat saja kursi itu ke atas meja? Selain akan menguras lebih banyak energi untuk mengangkat kursi yang tak semuanya ringan, saya juga tak ingin teman-teman harus menurunkan kursi pagi-pagi. Apalagi jika salah seorang tak berangkat, tak ada yang menurunkan kursi tak berpenghuni tersebut. Dibiarkannya kursi itu menangkring di atas meja. Sungguh tak enak dilihat!

Kembali lagi, ketika saya sedang mengecek laci meja sekelas, terlihatlah sebuah bulatan kertas akibat diremas di sudut laci. Tak pikir panjang saya langsung mengambil benda tersebut dan membukanya. Apa isinya? Sebuah sontekan! Ya, saya menemukan catatan jawaban di laci salah seorang teman. Hari itu memang kami mendapat ulangan pada mata pelajaran kimia. Walaupun teremas, namun kertas yang berisi jawaban lima buah soal mengenai kesetimbangan kimia itu masih terlihat jelas. Mungkin sang empunya lupa membuang kertas sontekannya. 

Tak sampai situ saja, suatu ketika kelas kami tengah ulangan fisika. Guru kami meminta agar buku catatan dimasukkan ke dalam tas. Tapi apa yang terjadi? Ada saja yang menaruhnya di laci dan membuka buku untuk melihat rumus ketika ulangan. Pada hari yang lain, saya sampai-sampai melihat teman yang duduk di depan saya persis membuka handphone untuk searching jawaban di google ketika ulangan biologi. Walau akhirnya saya sedikit lega karena yang membuka handphone mendapatkan nilai di bawah KKM, namun baik dengan membuka buku, handphone, atau bertanya kepada orang lain, tetap saja perbuatan menyontek itu tidak dibenarkan. Pada mata pelajaran lain, matematika misalnya, pernah saya melihat orang yang menyontek dengan cara yang berbeda. Dengan apa? Dengan menulis rumus-rumus di sobekan kertas dan menaruhnya di saku. Dan pada ulangan ekonomi, seseorang justru memotret jawaban temannya sebelum si pemberi sontekan menumpuk kertas ulangannya. Padahal, seharusnya handphone dikumpulkan di loker.

Ketika saya mengetik ini, tak akan selesai rupanya karena kornea mata saya telah banyak menangkap bayangan orang-orang yang menyontek. Mungkin, di setiap mata pelajaran, selalu ada saja insiden seperti ini. Tidak hanya di jenjang menengah atas, pada tingkat menengah pertama atau dasar pun pasti ada. Bahkan di perguruan tinggi sekalipun. Ini yang menjadi bukti bahwa menyontek sudah menjadi kebiasaan yang perlu direnungkan.

Saya kemudian berpikir, tak bisakah mereka menghentikan itu semua? Apakah mereka tak bisa berpikir sedikit saja kalau perbuatan yang mereka lakukan bisa membuat rugi orang lain? Bagaimana kabar orang yang belajar mati-matian untuk sebuah ulangan?

Padahal, saya yakin bahwa ketika kita mau berusaha sedikit saja, pasti dapat saja mengerjakan itu semua. Mereka kurang percaya dengan dirinya saja. Memang dunia sekarang serba mudah, sehingga orang maunya yang praktis saja. Dan saya tidak dapat menyalahkan mereka, karena pada hakikatnya mereka hanya kurang mengerti saja. Semoga suatu saat nanti pelaku-pelaku tersebut dapat menyadari perbuatannya. Ini adalah tentang kesadaran dari diri pribadi masing-masing.

Sering kali menyontek dikaitkan dengan koruptor. Pernah dengar? Menyontek beda tipis dengan korupsi atau Menyontek menciptakan calon koruptor. Saya mendengarnya dari guru bahasa Indonesia di bangku menengah pertama. Memang benar, keduanya sama-sama tindakan tidak jujur dan tidak adil untuk memperoleh keuntungan. Menyontek sebenarnya perbuatan membohongi dirinya sendiri, curang, tidak jujur, dan tidak terpuji. Menyontek dapat saja menciptakan perilaku koruptif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline