Madu trigona banyak dikenal oleh masyarakat sebagai madu yang dipanen dari lebah klulut atau lebah klanceng. Lebah jenis ini dari ukuran lebih kecil dari lebah madu biasa dengan warna yang hitam. Lebah trigona banyak dijumpai di batang-batang pohon kayu yang sudah lapuk atau rusak dan biasanya terdapat rongga untuk bersarang. Batang pohon kayu itu yang hidup di hutan dengan pepohonan yang terdapat bunga-bungaan sebagai sumber pakan.
Lebah trigona menurut wikipedia ada ratusan jenis di antaranya adalah yang populer jenis itama, laeviceps dan thorasica. Jenis ini banyak hidup di daerah tropis atau subtropis seperti Australia, Afrika, Asia Tenggara dan Amerika latin. sebagaimana jenis lebah pada umumnya, lebah ini hidup berkoloni dengan membuat sarang secara bersama. Di dalam sarang inilah madu diletakkan di dalam kantung-kantung madu.
Madu trigona dari rasanya berbeda dari madu melifera yang banyak dijumpai di toko. Madu trigona memiliki rasa masam, manis dan agak pahit namun memiliki warna yang hampir sama. Masyarakat secara umum telah mengetahui bahwa lebah trigona menghasilkan madu yang dapat dikonsumsi dan memiliki manfaat untuk kesehatan, namun untuk diusahakan dalam budidaya secara luas belum banyak dilakukan. Masyarakat yang mengusahakan masih dilakukan secara tradisional atau diambil langsung dari pohonnnya.
Madu trigona memiliki manfaat yang besar untuk berbagai hal, diantaranya adalah madu trigona yang mengandung anti oksidan mampu meningkatkan ketahanan tubuh dari berbagai penyakit, dapat dimanfatkan sebagai bahan kosmetik, dan berbagai manfaat lain.
Madu Trigona di pasaran mampu mencapai 300 ribu rupiah untuk jenis trigona itama dan mampu mencapai harga di atas satu juta Rupiah untuk jenis madu trigona thorasica. Harga pasaran yang baik menjadi modal bagi kelompok tani hutan(KTH) dalam mengusahakan lebah trigona sebagai usaha kelompok.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi melalui UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan terus mendorong kepada KTH agar semangat dalam membudidayakan lebah trigona sebagai penghasilan KTH. Usaha yang dikelola KTH diharapkan menjadi KTH Mandiri yang tidak bergantung kepada kegiatan yang dibiayai oleh Pemerintah. Pemerintah tetap memfasilitasi dalam pengembangan kapasitas melalui bimbingan teknis, pelatihan, pemagangan dan bantuan sarana produksi.
Budidaya lebah trigona yang dilakukan kelompok perlu memperhatikan segala aspek budidaya sejak penyiapan stup, penyediaan pakan lebah, pencangkokan koloni lebah trigona dan pemindahan koloni dalam stup baru. Pengendalian dan pencegahan hama predator lebah trigona maupun penghisap madunya perlu dilakukan dengan baik agar lebah betah di dalam sarangnya.
Penyiapan pakan lebah yang memadai dan mengandung berbagai nutrisi bagi lebah dan produksi madunya. Ada beberapa jenis bunga yang baik bagi lebah diantaranya, air mata pengantin (AMP), bunga klengkeng, bunga mangga perlu terus didorong agar lebah siap semua jenis madu .Tanaman bunga yang banyak dan memiliki kandungan lengkap untuk kesehatan manusia.
Setelah budidaya dapat dipenuhi maka hal lain adalah pemanenan, penanganan pasca panen dan pemasaran.. Cara melakukan pemanenan agar kantung madu tidak rusak, madu yang dihasilkan tetap terjaga bersih. Penanganan pasca panen khususnya dalam pengemasan dan pemilihan kemasan madu yang akan dijual juga merupakan ide yang baik.
Hal yang selanjutnya adalah pemasaran. Pemasaran merupakan hal yang penting dalam mendapatkan hasil yang baik secara otimal. Pengemasan yang asal-asalan hanya akan menyisakan penyesalan. Hal itu tentu tidak dapat dibiarkan dan perlu dibenahi pengelolaannya.. Keuangan yang baik dari usaha mandiri yang dilakukan tentu dapat memberikan kontribusi terhadap penghasilan kelompok tani hutan.