Bulan Ramadhan 1444 H kembali datang untuk memberikan keberkahan bagi seluruh umat manusia di alam semesta. Umat Muslim juga menyambut dengan suka cita untuk berpuasa selama satu bulan penuh. Kegembiraan ini tentu dialami oleh rimbawan yang juga masih harus bekerja.
Bekerja di tengah hutan berbaur dengan masyarakat yang mengelola hutan tentu tidaklah mudah. Topografi yang berbukit dan bergunung yang jauh dari tempat tinggal, memberikan tantangan tersendiri dalam menjalankan ibadah puasa. Kondisi alam yang demkian membutuhkan mental dan kesadaran iman yang baik untuk tetap dapat menjaga puasanya. Hal ini berbeda dengan para pekerja yang tinggal bekerja di perkantoran dengan ruangan dingin ber AC. Tidak jarang berada di tengah hutan yang kondisi hutan yang minim vegetasinya.
Namun Puasa Ramadhan adalah kewajiban setiap muslim yang sudah dewasa sebagaimana diperintahkan dalam Al Quran Surat Al Baqarah : 183 , " Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". Perintah puasa tersebut tidaklah hanya sebuah perintah saja tetapi mempunyai manfaat baik secara jasmani maupun rohani. Setidaknya secara jasmani adalah memberikan kesehatan kepada tubuh orang yang berpuasa, sedangkan secara rohani adalah mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Puasa adalah ibadah yang juga bermanfaat untuk membentuk pribadi yang mampu mengendalikan diri, mengendalikan hawa nafsu, menjauhkan dari sikap serakah, dan meningkatkan sikap empati kepada orang lain. Sungguh sangat mulia ibadah puasa yang dilakukan oleh setiap muslim.
Bagaimana seorang muslim khususnya seorang rimbawan yaitu penyuluh kehutanan, polisi kehutanan, dan orang-orang lain yang bekerja di hutan dapat mampu melaksanakan kewajibannya dengan masih menjalankan puasanya dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dapat menjadi bekal untuk tetap puasa di tengah kondisi alam yang berat seperti di hutan antara lain, berpuasa sesuai sunah Rasul yaitu berbuka dan sahur dengan makanan yang sehat, menghidupkan malam Ramadhan secukupnya (tidak berlebihan) artinya tidur yang cukup. Selanjutnya adalah menggunakan perlengkapan pribadi yang memadai, artinya menggunakan penutup kepala yang agak lebar, baju yang lengan panjang dan menyerap keringat, kemudian melakukan kegiatan dengan mengurangi terpapar sinar matahari seminimal mungkin untuk mengurangi dehidrasi yang berlebihan, misalnya apabila kondisi matahari memang sangat terik, maka sebaiknya adalah berteduh lebih dulu dan menunda sampai sinar matahari mungkin sudah agak berkurang. Salah satu upaya yang lain adalah dapat juga menunda kegiatan yang terlalu berat setelah berakhirnya bulan Ramadhan bila memungkinkan. Berbagai upaya di atas kiranya dapat meminimalkan resiko agar tetap dapat berpuasa dengan baik.
Bagi seorang rimbawan tentu telah banyak pengalaman untuk bekerja walaupun dalam kondisi berpuasa dan tidak ada kendala yang berarti karena memang sudah mempunyai dasar keimanan dan kesiapan tekad yang baik. Tantangan alam tidak mengurangi kegiatan yang juga sangat mulia yaitu menjaga hutan, melestarikan hutan untuk kesejahteraan manusia saat ini dan generasi yang akan datang. Di situlah rimbawan yang mengharap keberkahan Ramadhan bagi dirinya, lingkungan dan alam semesta. Seorang rimbawan memiliki tekad untuk mendarma baktikan dirinya memperbaiki hutan, linmgkungan dan alam dengan karya-karyanya. Mengajak masyarakat untuk menanam pohon, memelihara dan merawat pohon dan tumbuhan yang ada, menjaga hutan dari niat-niat jahat orang yang tidak bertanggung jawab. Itu semua adalah kerja-kerja mulia untuk mewariskan hutan dan bumi yang ramah untuk mereka. Niat tulus dan senantiasa mengharapkan berkah dari Allah yang Maha Kuasa tentu menjadi amal bagi setiap pribadi rimbawan yang akan dibawa sebagai bekal menghadap Ilahi Rabbi, Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H