Lihat ke Halaman Asli

Daro Eko Wahab

Penyuluh Kehutanan Pada Dinas Kehutanan Provinsi Lampung

Menggairahkan Kelompok Tani Hutan

Diperbarui: 30 September 2021   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Berfoto bersama KTH setelah diskusi (doc. Pribadi)

Kelompok Tani Hutan yang disingkat dengan KTH adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama berhimpun untuk membentuk organisasi yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan petani anggotanya yang dilakukan dengan cara mengelola  kawasan hutan, baik hutan negara, hutan adat atau hutan rakyat.

Namun dalam perjalanannya kelompok Tani Hutan ini mengalami banyak dinamika baik karena faktor internal maupun eksternal.  

Tidak jarang Penyuluh kehutanan atau pendamping perhutanan sosial di tingkat tapak yang merupakan pembina KTH menemui kondisi KTH yang lesu, tidak bersemangat dengan pengurus dan anggota yang merasa pengin berhenti saja dan tidak mau lagi berorganisasi.  Pertemuan kelompok tidak lagi dilakukan, kalo ditanya alasannya untuk apa lagi pertemuan, anggota saja cuek.  Ini merupakan salah satu contoh saja tentang kondisi suatu KTH.

Penyuluh kehutanan dan pendamping perlu mempelajari dan mengamati tentang beberapa hal yang dapat menyebabkan kelesuan organisasi KTH yaitu antara lain:

1. Faktor Internal 

     a.  Organisasi KTH terbentuk tidak melalui proses yang utuh, dimana selayaknya organisasi yang terbentuk dari keinginan para anggotanya.

     b.  Aturan organisasi (AD/ART)  yang tidak jelas mengatur organisasi.

     c.  Kepengurusan yang tidak kompak.  Pengurus tidak dapat memimpin Anggota dengan baik karena masing-masing berjalan sendiri. 

     d.  Belum adanya daya tarik baik dari sesuatu yang bersifat materi atau non materi. Daya tarik materi antara lain insentif pengurus, sisa hasil usaha kelompok dan lainnya.

      e.  Kurangnya kapasitas sumber daya manusia terutama dari pengurus.  Tidak jarang pengurus adalah orang yang pendidikan masih kurang dan belum berpengalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline