Hari bumi 22 April, menjadi salah satu agenda tahunan yang dijadikan momentum bagi para aktivis dan penggiat lingkungan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan bumi.
Berbagai perkembangan dan kemajuan ilmu, teknologi dan peradaban manusia telah memberikan tekanan yang besar terhadap bumi ini. Berdirinya berbagai industri yang mengeluarkan emisi gas rumah kaca, tranportasi yang makin pesat telah banyak menyumbang kerusakan ozon sebagai pelindung Bumi ini. Laju deforestasi dan degradasi lahan juga terus mengalami kenaikan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Banyak ilmuwan dan aktivis mengingat kan betapa kondisi bumi yang mengalami pemanasan global dan perubahan iklim sampa mencair nya es di daerah kutub sering kali disampaikan kepada masyarakat dunia. Namun kenyataannya belum mampu menghentikan kerusakan yang terjadi di bumi. Berbagai contoh bencana alam yang terjadi di banyak negeri seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan lain-lain juga masih diabaikan.
Namun itu semua Bisa menjadi tantangan sendiri bagi kita untuk terus memperjuangkan semangat untuk lebih menjaga bumi ini.
Kemudian bagaimana dengan kita saya dan anda semua, apakah kita akan menjadi bagian dari mereka yang merusak itu atau sebaliknya akan berusaha mencegah terjadinya kerusakan di bumi ini. Apakah kita akan menjadi bagian dari orang yang merusak hutan atau orang yang akan peduli terhadap hutan.
Di berbagai daerah di Indonesia tidak memiliki luas kawasan hutan yang cukup sesuai dengan undang-undang, namun banyak upaya untuk alih fungsi dilakukan. Hal inilah yang mesti mendapatkan perhatian dari para pemangku kepentingan untuk tidak melakukan konversi atau alih fungsi hutan.
Di sisi lain kawasan hutan yang ada segera dilakukan pemetaan yang komprehensif untuk segera dilakukan untuk mengembalikan fungsi hutan. Berbagai program untuk mereforestasi hutan perlu dipercepat. Hari bumi sejatinya dapat menjadi momentum untuk melakukan perbaikan tentu dengan menggunakan perencanaan yang baik dan partisipatif. Pelibatan masyarakat untuk kegiatan vtersrbut perlu dilakukan dengan skema perhutanan sosial.
Mengkampanyekan hari bumi 22 April yang berbarengan bulan Puasa memperkuat makna hari bumi, dimana puasa meningkatkan kepedulian terhadap sesama manusia, dan sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Islam mengajarkan bahwa manusia diperintahkan untuk menjaga alam dan tidak menyebabkan kerusakan di bumi. Inilah makna hari bumi dan puasa Ramadhan yang menjadikan hari bumi 22 April 2021 berbeda dengan hari bumi pada tahun sebelumnya..
Lalu hal-hal apa yang bisa dilakukan untuk mengambil peran dan makna hari bumi tahun ini? Tentu nya disesuaikan dengan kondisi dan situasi kita masing-masing. Bagi kita yang bukan aktivis atau penggiat lingkungan pun dapat mengambil peran dengan hal hal yang kecil misalnya adalah mematikan peralatan listrik di rumah kita yang tidak digunakan. Bila hal ini dilakukannya sudah berapa daya listrik yang bisa dihemat, makany setiap tahun ada gerakan untuk mematikan lampu selama beberapa waktu. Ini cuma gerakan yang tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada kita arti penting energi.
Tapi sebenarnya perlu gerakan yang lebih masif untuk dapat menjangkau masyarakat dengan segmen di luar kelompok yang memang update informasi setiap saat, misalny dengan menyasar masyarakat pedagang, petani, pekerja swasta yang selama ini belum tersosialisasi dengan gerakan ini.