Lihat ke Halaman Asli

Masjidku, Madrasahku

Diperbarui: 1 Desember 2022   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjidku, Madrasahku

Bismillah. Masjid merupakan tempat ibadah kaum muslimin. Setiap shalat lima waktu kaum muslimin datang ke masjid untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjama'ah. Shalat lima waktu merupakan rukun islam yang kedua. Sebagai rukun islam yang kedua maka ada konsekuensi kelak di akhirat bagi seorang muslim bagi yang meninggalkannya. Hak tersebut sesuai dengan nash Al-Qur'an dan Hadits. Dalam nash tersebut disebutkan bahwa tidak ada janji antara Allah dan hambanya bagi siapa yang meninggalkan shalat lima waktu.

Pada zaman dahulu, pada masa-masa kejayaan Islam, masjid dipandang sebagai tempat kegiatan-kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Namun di zaman sekarang dengan jumlah masjid sebanyak ini kalau kita mau buat presentase hanya sedikit persen masjid yang berfungsi sebagai tempat pendidikan. Padahal zaman rasulullah, fungsi masjid sangat banyak. Masjid adalah tempat berkumpulnya kaum muslimin membahas permasalahan-permasalahan pendidikan, ekonomi dan sosial.

Kalau kita tengok, Universitas Al-Azhar Mesir, berdasarkan data kualitatif dari seorang Ustadz yang pernah belajar di sana bahwa dulunya Universitas Al-Azhar hanyalah halaqah-halaqah di dalam mesjid. Ada seorang guru atau ulama yang mumpuni di bidangnya lalu mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya. Terbentuklah halaqah--halaqah ilmu keislaman di dalamnya dan mampu mencetak generasi rabbani semisal Ibnu Hajar Al-Atsqolaniy.

Begitu juga dengan Ibnu Katsir sang ahli tafsir dan Ibnu Qayyim. Mereka berdua adalah murid dari Ibnu Taimiyyah semoga Allah subhana wata'ala merahmati semuanya. Kebanyakan para ulama zaman dahulu, belajarnya bukan di Universitas atau Sekolah tapi di masjid. Makanya tidak heran kalau karya-karya mereka masih kita bisa baca sampai sekarang. Siapa yang tidak mengenal kitab shahih Bukhary dan Muslim? Siapa yang tidak mengenal kitab Tafsir Ibnu Katsir dan masih banyak kitab-kitab lain yang sangat banyak manfaatnya bagi umat islam. . Pertanyaannya adalah sudah berapa banyak masjid kita mencetak generasi rabbani?

Kegiatan masjid kami, sedikit banyak menerapkan metode seperti di atas. Memang ada beberapa kendala misalnya masih kekurangan tenaga pengajar tapi alhasil kami merasakan banyak manfaatnya, meskipun kami lulusan pesantren kilat di sekolah tapi beberapa teman-teman yang sudah berusia mendekati empat puluhan bisa berbahasa arab dan membaca kitab gundul para ulama ahlu sunnah waljama'ah.

Bukannya mau membandingkan dengan zaman sekarang, saat itu tidak ada metode atau model pembelajaran seperti sekarang. Tapi begitulah kenyataannya. Metode mereka dalam mengajar adalah lebih menekankan kepada pendidikan adab dan akhlak. Di mana pendidikan kita saat ini, hasilnya hanya berkutat pada bagaimana seorang dapat bekerja di perusahaan, menciptakan teknologi. Tapi kering kerontang dengan adab dan akhlak. Saya pernah menonton sebuah berita ada sekumpulan anak remaja berkendara motor yang menendang seorang nenek di jalan. Na'udzu billah Min Dzalik. Sangat disayangkan hal itu terjadi, Inilah hasil dari pendidikan kita. Kalau dibandingkan dengan pendidikan zaman dahulu tidak ada anak seusia remaja berani menendang nenek.

Ada juga yang menyiksa kucing bahkan masih banyak perbuatan-perbutan aneh yang tak wajar lainnya. Ada apa dengan pendidikan kita yang katanya sudah sampai ke langit ketujuh? Benarlah perkataan rasulullah bahwa tidak aka nada suatu zaman kecuali zaman itu akan lebih buruk dari zaman sebelumnya. Kita tidak pesimis namun ini sebagai data untuk kita bagaimana memperbaiki kualitas adab, akhlak dan iman kita sehingga dapat kita tularkan kepada anak-anak kita yang paling utama adalah pendidikan di masjid-masjid.

Oleh karena itu, kami mengajak kaum muslimin dan BKM Masjid di seluruh Indonesia agar mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Menjadikan masjid sebagai madrasah, sebagai pusat pendidikan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline