Lihat ke Halaman Asli

Jauh di Rantau

Diperbarui: 14 November 2022   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jauh dirantau, jauh dari sanak saudara itulah yang saya alami saat ini. Tahun 2013, Morotai menjadi tujuan perantauan saya. Meski Morotai bukan kampung kelahiran saya tapi Morotai sulit saya lupakan. Di Morotai menyimpan banyak kenangan indah. Banyak kisah yang saya torehkan di sini. Di antara kisah itu, pertemuan saya dengan sahabat-sahabat terbaik. Mereka banyak mengubah sisi kehidupan saya. Kemudian, kami saling mempengaruhi dalam kebaikan.

Sangat sulit bertemu orang-orang yang satu visi. Visi kami tiada lain sama-sama meraih surga. Saling mengingatkan dan menasehati antar sesama bila futur melanda. Kami banyak menghabiskan waktu di majelis-majelis ilmu.

Kadang juga membahas perkembangan politik Indonesia dan dunia secara tipis-tipis. hehehe. Tapi hanya sekadar pengetahuan. Kami bukan orang yang anti politik juga bukan orang yang terjun dalam dunia politik. Kami berpolitik tapi politik syar'i. Yaitu berdakwah. Dakwah anti baper.

Tujuannya bukan meraih kedudukan melainkan ingin meraih ridha Allah subhana wata'ala. Mau seperti apa dunia ini nantinya itu urusan Allah subhana wata'ala. Manusia hanya bisa berusaha dan Allah yang menentukan hasilnya.

Ada hal sangat menyedihkan saat di perantauan. Mungkin teman-teman juga pernah mengalaminya. Salah satunya adalah tidak bisa berbakti kepada kedua orang tua. Saya sangat berharap suatu hari bisa mengajak kedua orang tua datang ke sini. Saya ingin merawat mereka berdua. Ayah saya sudah sangat tua, usianya kira-kira mendekati 80 tahun atau lebih sedangkan Ibu saya sekitar 70 tahun. #doc jay




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline