Sembilan tahun yang lalu saat masih menjadi guru honorer di Madrasah Aliyah. Saya sempat bertemu dengan seorang siswa yang sangat jauh berbeda dari siswa lainnya. Ia terkenal rajin shalat tidak seperti siswa kebanyakannya. Dia bukanlah siswa yang pandai di dalam kelas namun dia adalah siswa yang tekun dan ulet. Setiap soal matematika yang saya berikan dia selalu berusaha menyelesaikannya walaupun itu sulit.
Orang tuanya tidak memiliki lahan untuk membangun rumah. Rumah yang mereka tempati saat itu dibangun di atas lahan orang lain. Keadaan keluarganya boleh dikatakatan keluarga miskin. Meski begitu, dia selalu berusaha memperbaiki keadaan keluarganya. Setelah lulus, dia mendaftar di salah satu ma'had (pesantren tingkat mahasiswa) di kota ternate. Namanya ma'had Al-Kazim. Ia menjadi salah satu mahasiswa terbaik saat itu.
Di tengah-tengah kesibukannya belajar, kedua orang tuanya bercerai. Namun saat saya temui di ma'had tidak tampak sama sekali di wajahnya perasaan sedih atau curhat mengenai keadaan orang tuanya. Seperti biasa, dia seperti ridho menghadapi takdir yang Allah subhana wata'ala yang diberikan untuknya. Saat itu, saya mengantarkan adik saya masuk ma'had Al-Kazim. Setelah selesai dari ma'had ia berangkat ke Jakarta untuk memperdalam hafalan Al-Qur'an dan Matan-matan Ilmiah.
Semua berjalan sesuai dengan takdir Allah subhana wata'ala. BKM Mesjid AL-Hijriyah saat itu memiliki dana untuk memberikan bantuan pendidikan kepada orang-orang asli Morotai. Setelah menerimanya, dia pun menggunakannya untuk memperdalam ilmu agama di negara Yaman dibantu oleh salah seorang ustadz. Perlu diketahui terkadang media sering mengisukan bahwa negara Yaman adalah daerah tidak aman. Namanya juga negara Yaman, Ya Aman....hehehe
Saat saya menulis ini, Wilayah Yaman tempat dia belajar adalah tempat yang sangat aman. Tidak semua wilayah Yaman adalah wilayah konflik. Informasi ini saya dapatkan dari sms WA saat kami berkomunikasi. Saya juga sempat mengkhawatirkan keadaannya di sana. Seorang muslim yang baik adalah seorang yang adil dalam memberitakan.
Setelah kurang lebih dua tahun di Negara Yaman, ia pun mengikuti tes beasiswa ke Universitas Islam Madinah Arab Saudi dan hasilnya tidak lulus. Setelah tahun berikutnya dia mencoba lagi. Alhamdulillah ,atas nikmat dari Allah subhana wata'ala dia berhasil lulus. Kami semua sangat senang. Setelah pulang ke Indonesia dia mulai mengurus pemberkasan dan mengurus persyaratan beasiswa agar bisa kuliah di Universitas Islam Madinah. Alhamdulillah, dia sempat memberikan kami oleh-oleh berupa madu asli dari negara Yaman. Jangan tanya kualitasnya, pokoknya mantap. Hehehe...
Muslim siapa yang tidak rindu dengan rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam? Kalau tidak bisa bertemu dengan beliau minimal bisa menginjak tanah di kota beliau shallalahu 'alaihi wasallam yaitu kota Madinah. Beasiswa Universitas Islam Madinah sangat menjanjikan. Banyak mahasiswa yang bermimpi ingin belajar ilmu agama di sana. Di sana, seorang mahasiswa hanya dituntut belajar, belajar dan belajar. Bahkan makan dan tempat tidur pun dijamin oleh kerajaan. Setiap mahasiswa diberikan kesempatan untuk haji dan umrah di sana. Selain itu, setiap tahun diberikan kesempatan untuk pulang ke tanah air menjenguk keluarga.
Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik di antaranya adalah :
1. Kekurangan harta jangan menjadikan kita kerdil untuk tidak bermimpi.
2. Selalu bersandar kepada zat yang maha kuat, yaitu sang pencipta.
3. Pintar itu tidak cukup, seorang itu harus tekun dan ulet bila ingin sukses.