Baru-baru ini ada sebuah berita tentang seorang wanita bercadar menodongkan pistol ke salah satu petugas Paspampres. Hal ini bukan sesuatu yang baru terjadi di negeri ini.
Pemahaman radikal masih mewarnai kehidupan bermasyarakat kita. Banyak para petinggi negeri ini berkomentar tentang itu. Sebagai masyarakat intelektual seharusnya kita cerdas dalam memilih dan memilah pendapat tersebut.
Kalau kita mau membaca sejarah, terbunuhnya 'Utsman bin Affan radiyallahu 'anhu oleh seorang yang berpemahaman radikal. Istrinya Nailah yang belum sempat mengenakan hijabnya harus kehilangan jari-jari tangannya dalam rangka membela sang suami kala itu.
Kita tahu beliau adalah seorang muslim bahkan pemimpin muslim saat itu. Beliau terbunuh dalam keadaan berpuasa dan membaca Al-Qur'an.
Dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa bukan tidak ada pemahaman radikal di dalam islam bahkan ada dalam semua agama. Akan tetapi pelakunya adalah oknum tertentu yang tidak ada kaitannya dengan agama tertentu atau simbol agama tertentu.
Tentu saja ini tidak ada sama sekali hubungannya dengan negara Arab. Bila ada maka itu adalah oknum tertentu. Kalau mau melihat ajaran agama seseorang maka lihat kitab sucinya bukan orangnya.
Di dalam ajaran islam, membunuh satu jiwa tanpa hak maka sama dengan membunuh semua manusia. Karena islam hadir untuk menjaga harta dan darah manusia. Kita yang hidup di Indonesia, tidak pernah mendengar negara-negara Arab menjajah negeri ini.
Terkadang sebuah pendapat dibangun di atas kebencian atas suatu kelompok tertentu kepada kelompok lain. Allah subhana wata'ala menciptakan kita dengan segala perbedaan. Dan itu sudah menjadi sunnatullah bahwa perbedaan pasti akan selalu terjadi sampai kiamat kelak.
Akan tetapi arif dan bijaksana dalam menyikapi itu sangat penting. Jangan sampai karena kebencian kita kepada suatu kaum membuat kita lalim. Ketika ada wanita bercadar melakukan aksi tersebut tidak serta merta kita membabi buta mengatakan semua wanita bercadar adalah teroris. Padahal kenyataannya tidak demikian. Bahkan dalam Al-Qur'an kita diperintahkan untuk berlaku adil kepada siapa saja. Inilah akhlak yang mulia.
Bila ada seorang berjenggot melakukan tindakan teroris maka kita tidak akan menganggap semua yang berjenggot teroris. Kalau kita perhatikan beberapa tokoh nasional misalnya Kiai Haji Agus Salim, Tuanku Imam Bonjol dan lain sebagainya mereka semua berjenggot.
Apakah kita menuduh mereka teroris? Tentu saja tidak. Mereka telah banyak berkorban untuk negeri tercinta kita Indonesia.