Wilayah Indonesia didominasi oleh luasnya perdesaan, dengan perbandingan yang sangat jauh dengan per kota an. Namun pergerakaan ke ekonomi an sangatlah lamban, perputaran uang sangat minim dibanding dengan pergerakan ekonomi dan perputaran uang di kota, kontras sekali perbandingannya. Salah satu faktor penyebab derasnya urbanisasi ke kota-kota besar. Karena semua warga negara berhak hidup di setiap jengkal wilayah Nusantara ini dan berkeinginan untuk memperbaiki taraf hidup yang nota bene diukur dengan uang. Naluri manusia untuk berpindah tempat mencari penhidupan yang lebih layak adalah hal yang sangat klasik, mulai dari kehidupan purba yang nomaden sampai kini, hal berpindah tempat tetap berlangsung.
Ekses urbanisasi ini adalah penumpukan penduduk di perkotaan dengan berbagai akibat yang timbul, mulai dari permukiman yang semrawut, gangguan ketertiban umum sampai kriminalitas akan semakin bertambah. tentu hal ini akan membuat pusing pemerintah selaku pemangku tanggung jawab atas keindahan, ketertiban dan kesejahteraan kota.
Berangkat dari situasi kondisi di atas, selayaknya seluruh elemen bangsa ini memikirkan bagaimana cara untuk membangkitkan ekonomi perdesaan. Pemerintah sebagai fasilitator untuk mermbangkitkan itu juga harus berpikir keras untuk hal tersebut. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kebangkitan perekonomian di perdesaan, diantaranya.
1. Infrastruktur.
Sarana jalan sangatlah dibutuhkan di perdesaan, untuk bisa memperpendek siklus pengangkutan alat pertanian dari kota dan hasil peranian dari desa. terkadang persoalan yang timbul adalah hitung-hitungan ke ekonomi an. jika infrastruktur dibangun apakah ekonomi di pedesaan akan bisa menutupi biaya untuk pembangunannya? Jika tidak, apakah selamanya infrastruktur ke pedesaan tidak akan dibangun?
sebaliknya, jika infrastruktur dibangun tanpa terlebih dahulu menghitung ke ekonomi an di desa, apakah akan membangkitkan ekonomi di situ?
jawaban yang akan logis, adalah pembangunan infrastruktur di suatu desa pasti akan membangkitkan ekonomi di desa tersebut. dengankata lain, bangun dulu baru berkembang, jangan tunggu berkembang baru dibangun.
2. Ilmu pertanian.
Para petani tradisional bekerja berbekal pengalaman turun temurun, mulai dari nenek moyang sampai kini, sesedikit ada juga sih pengaruh perkembangan jaman, tapi pengaruh itu sedikit. Pemerintah lah yang harus berperan aktif memberi informasi dan pembelajaran tata cara pertanian yang semakin modern untuk hasil yang lebih maksimal. Pola pikir rakyat per desa an harus dibuka, dengan berbagai penyuluhan dengan mendatangkan Sarjana2 pertanian ke desa-desa. sistem pembelajarannya tergantung kondisi dan kultur masing2 desa. Mulai dari pembibitan, perawatan, pengolahan, pencegahan penyakit tanaman, dan banyak lagi pembelajaran yang dapat dilakukan.
3. Pemasaran hasil pertanian.
Sistem ijon, tengkulak sangatlah kental di pedesaan, hal itu berlangsung bagai mata rantai yang sulit diputus. Awalnya didesak oleh kebutuhan, bisa untuk sekolah anak, biaya persalinan, memperbaiki rumah yang sduah usang, dan lain lain maka sistem ijon pun berlaku. Baru menanam padi belum panen, tapi sudah dijual. jika hasilnya kelak lumayan, bisa lah lepas dari sang peng ijon, yang jadi masalah jika hasil panen jeblok, mau tidak mau si petani minta tambahan ijon dari sang pengijon dan barang tentu akan memperbesar utang si petani. Hampir sama dengan tengkulak, hasil tani baru akan di petik minggu depan, tapi tengkulak sudah memberi uang untuk kebutuhan petani. demikian berulang-ulang situasinya bisa sampai bertahun-tahun. syukur2 anak petani yang terlilit utang ke pengijon atau tengkulak bisa sukses di kota, maka orang tuanya bisa lepas dari rantai ijon dan tengkulak tadi.
Ruginya lagi, para pengijon atau tengkulak memberi harga hasil tani semau nya, padahal dia jual ke kota dengan harga tinggi. semakin terpuruklah petani, semakin gemuklah pengijon dan tengkulak. Anehnya, hal tersebut bisa berlangsung hingga puluhan tahun tanpa ada yang bisa menggeser para pengijon dan tengkulak.
di sinilah peran besar pemerintah untuk memikirkan sekaligus memfasilitasi pemasaran hasil2 pertanian.
4. Koperasi Unit Desa
Jaman Orba, di desa-desa dibangun gudang hasil pertanian yang dikelola oleh KUD (Koperasi Unit Desa). Maksud pemerintah pusat kala itu sangatlah mulia, untuk membantu perekonomian di desa, tapi praktek di lapangan sangat jauh dari harapan. Bangunan2 yang diperuntukkan untuk gudang tidak dipakai sama sekali, KUD hanya isapan jempol, karena tengkulak dan pengijon lah yang berkuasa di desa2. KUD tidak ada pengurusnya, gudang tak bertuan, lama-lama tinggal rumput ilalang. Kemungkinan besar kala itu adalah tengkulak dan pengijon tidak setuju adanya Koperasi Unit Desa, karena lahan empuk mereka akan hilang. dan rata2 para penguasa desa pada saat itu berperan sebagai tengkulak dan atau pengijon.
Sia-sialah niat luhur pemerintah pusat untuk membangkitkan ekonomi desa, gudang2 yang dibangun tinggal tanah ditumbuhi rumput ilalang, pengurus KUD tidak kunjung ada.
Kegagalan itu harus mampu menjadi bahan pelajaran dan pembelajaran bagi masyarakat desa dan pemerintah sekarang.
Kebangkitan ekonomi per desa an adalah kebangkitan ekonomi Indonesia, karena wilayah dan jumlah penduduk perdesaan jauh lebih besar dibanding per kota an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H