Lihat ke Halaman Asli

Kebersamaan Akan Lebih Berharga Ketika Kita Sudah Kehilangannya (dari Kisah Seorang Sahabat)

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebi,,, begitulah nama trend yang sebagian besar warga Kendari menyebutnya. Kota indah dimana semua langkah kaki tertuju padanya untuk menikmati keindahan kota dimalam hari dengan kuliner khas dengan berbagai rasa saji tradisional kota kendari (Pisang Epe).

Kisah dimana ada seorang lelaki yang sedang merenungi masa lalu bersama sahabatnya. Setiap kali dia melintasi kota itu, seperti ada sesuatu yang menahan langkahnya, menarik seluruh perhatiannya untuk berhenti. Diseberang jalan ada seorang bocah tak berbaju dengan gitar kecil yang dipangkunya. Dia menunggu hingga keadaan sepi, dia pun melintasi jalan dengan lari-lari kecilnya, ternyata hanya seorang pengamen yang sedang beristrahat. Dia pun melipatjaketnya dan duduk tepat dipojok pondok sekitar 5 meter dari pengamen yang sedang beristrahat. Pandangannya tertuju pada hamparan laut yang begitu indah seperti masih melekat erat sosok seorang dengan rambut lurus panjang duduk bersama disampingnya.

Tengah ingatannya sampai tertuju pada sosok tadi. Hujan gerimis waktu itu, mereka berlari menyusuri trotoar jalan dan berhenti tepat ditempat duduknya tadi. Pada saat itu, seorang pengamen datang menghampiri mereka dan bertanya “mau lagu apa”?, mereka pun menjawab “lagu akhir cerita”, mereka pun bernyanyi bersama .

“maaf jika aku pernah membencimu waktu itu, karna rasa egoismu. Ternyata didalam hatimu tersimpan perhatian dan kasih sayang. Memang ku akui aku membencimu waktu itu, namun sebagian hati kecilku menolak. Maaf aku menolak permintaanmu waktu kamu minta aku untuk mengantarmu pergi di Rumah Sakit esok harinya.” Kata sang laki-laki ketika duduk merenung dan membayangkan kejadian bersama temanya.

Setahun sudah sahabatnya meninggalkan kota ini, tanpa ada pinta yang dia berikan padanya. Lama sesudah kepergiannya waktu itu, dia mencoba menghubungi ibu sahabatnya itu lewat telfon. Seluruh jiwanya seolah bergetar, aliran darahnya seolah berhenti setelah mendengar kabar bahwa sahabatnya telah tiada karena penyakit yang menimpanya waktu itu . Dia menyesal ketika dulu tidak memenuhi permintaan saat sahabatnya meminta diantar dirumah sakit.

Baginya sahabatnya memang mempunyai jiwa yang kuat, menanggung derita sendiri hingga dia tidak sanggup untuk membayangkan.

Disinilah kita menganggap sesuatu hal itu akan lebih penting ketika hal itu telah hilang atau tidak ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline