Lihat ke Halaman Asli

Macetnya Bangkok Lebih Mendingan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Macetnya Bangkok Lebih Mendingan

Oleh Darmansjah Godjali

[caption id="attachment_112003" align="aligncenter" width="900" caption="Bangkok Traffic"][/caption] SEMUA kota besar tak luput dari kemacetan lalu lintas. Jakara, bukan satu-satunya kota dengan kemacetan yang amat serius dan sudah tidak terkendali alias semerawut, hingga menunggu ledakan maha dahsyat ‘ bom waktu ketidakdispilinan ‘ warganya,” saya yang berkuasa sayalah pembuat aturan dan hukumnya”. Lain lagi dengan Ibu kota Thailand, Bangkok, sejak lama dikenal dengan kemacetannya.

Semua berawal dari meningkatnya daya beli masyarakat, utamanya dalam hal belanja kendaraan. Di Bangkok, dalam sehari diperkirakan terjadi pembelian mobil pribadi mencapai 800 unit. Sementara itu, pembelian sepeda motor sekitar 700 unit per hari. Hal itu tak sebanding dengan kapasitas jalan yang tersedia di sana.

Antrean kendaraan dapat dilihat di kawasan Asok dan Silom-Sathron atau MBK (pusat perbelanjaan yang sering dikunjungi wisatawan asal Indonesia). Kawasan itu memang merupakan pusat kegiatan ekonomi Bangkok. Pada waktu-waktu tertentu,seperti saat jam pulang kantor, kendaraan harus merayap pelan. Mirip seluruh jalan utama dan arteri di Jakarta.

Namun, masyarakat Bangkok tampaknya masih menjunjung budaya antre. Pengemudi kendaraan pribadi maupun angkutan umum sabar dalam antrian. Yang membuat kagum, yakni minimnya suara klakson yang memekakkan telinga dan tidak ada angkutan kota yang berhenti di perempatan jalan.

Setiap pengemudi ditutut mematuhi peraturan lalu lintas. Pihak berwenang mengawasi pengguna jalan dengan kamera CCTV yang dipasang di dekat lampu pengatur lalu lintas. Barangkali itulah sebabnya di Bangkok jarang terlihat polisi lalu lintas yang nongkrong atau duduk di kios kopi tak jauh dari perempatan lampu merah itu. (kalau di Jakarta, seperti perempatan lampu merah Tomang, coba lihat ada saja Polisi sambil duduk-duduk merokok dengan segelas kopi, padahal sedang dinas Bo!)

Seperti Jakarta, di Bangkok dengan mudah dapat kita temukan bus kota yang tampak senja, tanpa pendingin udara. Bedanya, bus-bus tua itu dikemudikan dengan santun dan tak mengancam keselamatan pengguna jalan lainnya (mungkin tidak kejar setoran?).

Mungkin itu pula sebabnya, warga Bangkok yang kaya raya berani membawa mobil mewahnya, seperti Ferrari dan Lamborghini, di jalanan pusat kota. Angkutan umum dan mobil mewah tetap harus mengantre dengan sabar bila berhenti saat lampu merah.

Dan sepertinya perarturan berlalu lintas dalam perundang-undangan mereka tetap berjalan walaupun aparat pemerintahan berganti-ganti dalam jabatannya, peraturan tetap ada dan tidak berganti-ganti, sesuai selera pejabat yang sedang memegang tampuk pimpinan. Seperti telihat dan diterapkan di Jakarta, katanya! Untuk mencari solusi kemacetan?

Kembali ke kemacetan di Bangkok, saat itu dan sekarang, Bangkok boleh dibilang lebih, dan lebih mendingan dari pada orang Jakarta baik yang terpelajar atau tidak-yang jelas pembaca Kompasiana tidak termasuk (tahu mendisiplinkan dirinya sendiri-katanya beragama?). Semenjak dioperasikannya Bangkok Mass Transit Sytem(MRT) meniru Singapore? BTS atau kereta api di atas jalan raya, ditambah kereta api bawah tanah MRT, sedikit demi sedikit kemacetan bisa diurai.

[caption id="attachment_112004" align="aligncenter" width="275" caption="Lokasi dekat MBK - sumber google image"][/caption]

Pemerintah Thailand juga membangun infrastruktur yang tidak main-main. Mereka sudah menerapkan jalan raya triple-deked (bertingkat tiga)- bukan kue-lapis sebagai sarana pejabat untuk melontarkan opini! Atau pembentangan spanduk-spanduk raksasa di pinggir jalan Tol, dan Baliho besar, yang rubuh ditiup angin! Bukan, tapi aplikasi nyata di lapangan dan terlihat sosok phisik yang dikerjakan, tentunya dengan proses. Dampaknya, cukup besar selain mengurai kemacetan, tingkat polusi pun ikut turun. Mau melihat buktinya, berwisatalah ke Bangkok dan jalan-jalan di kemacetan Chatuchak selain melampiaskan nafsu berbelanja anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline