Indonesia Menang 2-1 atasi Malaysia oleh Darmansjah
Rabu 29 Desember 2010 di GBK tempat Arena Olahraga Terbesar, Terlama, Termodern se Indonesia dan TerTua, yang pernah dibangun oleh bangsa Indonesia dengan tujuan menyehatkan martabat bangsa serta menempa dan membangun fisik yang kuat menghadapi perjalanan panjang Bangsa. Di GBK inilah ruang fisik serta imajinasi bangsa membludak rasa haru sekaligus cemas menyaksikan perjuangan anak bangsa melalui olahraga sepak dengan bola bundar , dan pertandingan berakhir dengan kemenangan yang ditangisi oleh penggila sepakbola, diratapi oleh kehampaan prestasi yang masih berjalan menjauh dari sisi khasanah kebanggaan bangsa.
Perjuangan selama 90 menit berakhir sudah, Namun inilah pertunjukan gagah dan sportifitas dalam tatanan hidup bahwa pertandingan menghasilkan kalah dan menang. Menang yang membuat kita benar-benar bangga bahwa bangsa Indonesia masih bisa dan dapat menerima dengan sportifitas yang tinggi arti kekalahan sebenarnya.
Lihatlah kepala tertunduk para pemain namun ada sebuah kebanggaan akan suatu momen bahwa proses sportivitas dan rasa hormat untuk menghormati hasil usaha melalui sebuah pertandingan, bahwa tidak ada kebrutalan dan tindakan tidak terpuji yang diperlihatkan, inilah yang belum kita lihat dari mayoritas para wakil rakyat di gedung yang berlokasi bersebelahan arena (tayangan kasus Century oleh salah satu mas media elektronik ,agustus 2010)
Inilah kemenangan sepercik akan rasa sportifitas yang mengelegak dalam relung hati pemain-pemain yang bekerucut dalam suatu kesebelasan yang terlalu lama tidak mencuat dalam pentas Moral Bangsa ini yang sudah terlalu lama tenggelam dalam ketidakberdayaan akan sebuah status quo indisipliner akhlak pemerintahan. Dimana kau Negara (Kompas, tahun2010)
Larut dalam suatu pertandingan yang membanggakan ini, mensukuri sikap pendukung atau penonton yang begitu antusias memberi semangat dalam limpahan doa dan yel-yel mendendangkan Garuda di dadaku. Seusai pertandingan, dengan tertib dan tidak merusak apa yang ada disekitar, untuk sebuah pelampiasan rasa kecewa. Inilah kecemasan perilaku yang tidak terekspresi menjadi kehancuran. Berlalu dalam kenyataan yang Indah, tidak ada keributan,kebrutalan, ketidakhormatan berbangsa,(Bukankah kita terstigma sebagai Bangsa yang Ramah?).
Keharuan menyeruak saat menyadari bahwa Kita dalam sketsa kecil sebuah kesebelasan mungkin ini masih bisa mewakili rakyat negeri ini begitu rindu dengan emosi kolektif dalam rasa bangga akan suatu kehormatan bersama sebuah bangsa dalam kesatuan Negara dapat dipulihkan.
Mari kita berharap dan semoga momen Indonesia menang 2-1 boleh menjadi stimulator bagi sikap yang lebih prihatin bagi pemimpin Bangsa ini, bahwa hanya dengan cucuran keringat dan kerjakeraslah, dan perilaku tidak KORUP , Kita masih ada rasa bangga bahwa kita bisa berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu : Indonesia.
Selamat berlatih kembali, tidak akan pernah sesuatu yang instan menghasilkan terbaik lagi pula Terhormat bagi Bangsa, dan Negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H