Lihat ke Halaman Asli

Sekolahku Kini

Diperbarui: 28 November 2020   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Biasanya setiap hari, aku pergi ke sekolah bersama dengan teman-temanku. Mengayuh sepeda dari rumah ke sekolah. Setiap pagi sebelum memasuki gerbang sekolah kami biasanya disambut oleh bapak dan ibu guru yang bertugas hari itu. Kebiasaan kami senyum, sapa, salam setiap memasuki gerbang sekolah menjadi kebiasaan yang sudah kami lakukan selama bersekolah di sini.

Namun berbeda untuk hari ini, aku datang ke sekolah seorang diri. Perlahan namun pasti aku memasuki gerbang sekolah yang serasa asing bagiku. Seluruh penjuru sekolah sepi, tidak seperti biasanya.

Aku terus melangkah masuk. Lapangan sekolah yang biasanya ramai dengan teman-teman yang berlarian atau sekedar memainkan bola sudah tidak terlihat. Aktivitas pagi yang ramai dengan orang tua yang mengantarkan anak-anaknya tidak terlihat saat itu. Aku mendekati penjaga sekolah yang duduk sendirian ditengah lapangan. Aku menyapanya dengan riang seperti biasa.

" Assalamualaikum Bapak... "
Beliau menoleh dan tersenyum kepadaku. Sambil membalas salam ku

" wa'alaikumsalam neng.. sendirian saja?" ucapnya.

"iya nih, mau ketemu ibu guru buat nganterin buku ini" lanjutku sambil menunjukkan tas plastik yang berisi buku yang aku pinjam sebelum libur panjang ini.

"o... ibunya ada di kantor" sambil menunjuk ke arah kantor

"baiklah, saya duluan pak " aku mengakhiri percakapanku dengan penjaga sekolah itu.

Aku memasuki ruangan majelis guru, disitu ibu guru sudah menunggu kedatanganku. Ya, kami melakukan janji untuk bertemu setelah ibuku menelpon ibu guru semalam. Kali ini, aku tidak bersalaman dengan ibu guru. Janggal rasanya, namun aku tidak dapat melakukan itu karena mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

Ibu guru tersenyum dan menanyakan kabarku, kabar keluargaku dan juga teman-temanku yang dekat dengan rumahku. Aku menjawab sesuai pengetahuanku. Terlihat sendu mata ibu guru menahan rindu.

Aku membalas senyuman ibu guru sambil meletakkan tas plastik berisi buku di atas meja. Ibu guru memintaku untuk langsung pulang kerumah, tak lupa beliau menitipkan salam kepada keluarga dan teman-teman yang aku temui. Bu guru berpesan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline