Komeng Melabrak Kemapanan. Berangkat dari modal sosial yang telah dimiliki sebagai komika (dibaca komedian) Komeng "OoTeWe" (dibaca On The Way) melangkah menuju gedung parlemen membawa niatan ingin melakukan sesuatu membuat masyarakat senang, bahagia dan sejahtera melalui seni budaya.
Dalil yang digunakannya, jika masyarakat bekerja dalam hati senang dan gembira akan lebih produktif sehingga dapat memberi hasil yang lebih banyak kemudian akan diperoleh kesejahteraan lebih baik pula.
Ketika kebanyakan para kontestan calon legislatif maupun eksekutif "berebut kursi" menjadi anggota parlemen, calon presiden dan wakil presiden maupun kepala daerah berupaya seoptimal mungkin menunjukan jati diri, eksistensi, kapabilitas-kapasitas, intelektualitas dan status sosial untuk dapat tampil maksimal meyakinkan merebut hati masyarakat pemilik hak suara.
Berbagai cara taktik dan siasat ditempuh guna mendapatkan kepercayaan masyarakat pemilik suara guna mendongkrak elektabilitas (baca perolehan suara), Komeng calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Jawa Barat periode 2024-2029 tampil dengan "atribut dan kostum" keseharian kesederhanaan apa adanya, perilaku dan gimmick celetukan banyolan ceplas ceplos, tidak menggunakan istilah kosakata dan alur pikiran yang "njelimet" ribet alias tidak teoritis.
Apa yang disampaikannya tidak perlu sampai "mengerutkan" kening, cukup dengan senyum sudah dapat dipahami, ucapan yang diplesetkan dan jalan pikiran yang "disesatkan" kepada kawan dan lawan bicaranya ketika berdialog berdiskusi maupun bercanda dalam kata-kata di forum formal maupun diatas panggung mengalir begitu saja sesuai pribadi pembawaan "asli" utuh dari sononya.
Apa yang dilakukan Komeng merupakan antitesis, anomali melabrak zona kemapanan, teori dan opini, serta stigma atau "anggapan" kesimpulan sementara banyak orang yang mengatakan bahwa untuk menjadi calon legislatif maupun calon eksekutif butuh banyak "modal" materiil dan moril. Komeng memutarbalikkan fakta dan membongkar pikiran tersebut, menunjukan dan membuktikan bahwa "anggapan" itu tidak sepenuhnya benar.
Komeng dengan caranya sendiri membuat dan melakukan; yang banyak menjadi sedikit, yang besar menjadi kecil, yang berat menjadi ringan, yang rumit menjadi simpel, yang sempit menjadi luas, yang susah menjadi mudah, yang njelimet ribet menjadi sederhana dan gampang. Dari yang dilakoni dan dilakukannya (meskipun) hanya untuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah sejauh ini memberi "outcome" positif menakjubkan. Hasil perhitungan suara yang telah diproses "resmi" oleh Komisi Pemilihan Umum Komeng memperoleh suara terbanyak di Dapil Provinsi Jawa Barat.
Fenomena "Komeng" memberi pelajaran, kesan dan catatan bahwa untuk dapat "menerobos" pintu parlemen di senayan:
1. Dibutuhkan kecerdasan dan kecerdikan bermanuver dengan "sekoci" yang dimiliki.
2. Momentum waktu dan pilihan yang tepat tempat berlabuh "nyaleg" dimana dan kapan.
3. Tampil "Pede" sesuai kapabilitas produk asli "original dan genuine" tidak perlu banyak "lipstick dan polesan".