Sebeku & Secair Es Batu
Ungkapan jawaban yang seringkali kita dengar ketika para elit politik- petinggi partai ditanyai oleh awak media-para jurnalis, menanyakan tentang kemungkinan terbentuknya koalisi maupun bakal calon (balon) Presiden dan Wakil Presiden (Capres/Cawapres) tahun 2024-2029. Begini jawabannya politik itu sangat dinamis, meskipun beda partai beda pandangan politik namun persahabatan dan komunikasi politik tetap dapat dilakukan, semua serba mungkin sangat cair nanti tiba saatnya diberitahu. Itu jawaban "standar" agak klise untuk tidak mengatakan diplomatis semata. Artinya belum ada yang benar-benar pasti belum final belum mengerucut masih beku seperti es batu. Itulah gambaran perpolitikan beberapa bulan-pekan terakhir menjelang pendaftaran "Balon" (dibaca bakal calon) Capres dan Cawapres. Kondisi tersebut akan mengkristal-mencair seketika di "last minute" menjelang waktu pendaftaran oleh KPU. Ibarat es batu didalam gelas lambat laun akan cair juga.
Terasa alot dan rumit membangun suatu komitmen ketika partai peserta Pemilihan Umum (Pemilu) ingin berkoalisi, betapa tidak karena harus menyatukan visi dari berbagai kepentingan. Masing-masing memiliki "target setting" kepentingan dengan kalkulasi perhitungan manfaat dan mudharat-"untung rugi"nya sesuai platform dan bisa jadi juga karena ideologi atau identitas partai yang tidak sama (dibaca berbeda) semakin jadi rumit pada saat menentukan "balon" Capres/Cawapres yang akan diusung.
Boleh jadi mungkin, situasi dan kondisi seperti itu disebabkan karena terkait adanya presidential threshold 20 % dan bisa karena adanya kewenangan atau hak prerogatif pendiri (dibaca pemilik) partai berdasarkan hasil musyawarah nasionall partai serta bisa mungkin terjadi karena adanya arahan (baca cawe-cawe) dari pembina politik dalam hal ini Presiden. Percaya tidak percaya-Boleh percaya boleh tidak, adanya "tangan-tangan" yang tidak tampak ikut campur mengatur "permainan" namun sangat menentukan. Siapakah Dia? silahkan dipikir.
Begitu menyesakan kah-melelahkan kah-membingungkan kah- menyebalkan kah-merisaukan kah mendebarkan kah-menyakitkan kah-menistakan kah yang pada akhirnya menyadarkan-memberi pemahaman guna menggunakan hak memilih yang terbaik dari yang baik. Ada yang lebih baik kah? silahkan dipikir.
Semoga saja semua hal tersebut menjadi bagian daripada pendidikan politik bagi anak bangsa yang dapat "dipetik"untuk masa yang akan datang. Semua yang berlangsung dan yang skan terjadi atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala-Tuhan Yang Maha Esa *(delta-delta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H