Lihat ke Halaman Asli

Tawuran untung Apa Buntung

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

keadaan pendidikan di indonesia sekarang memang sangat miris. Sudah keadaan sekolah – sekolah masih banyak yang  tidak layak huni, biaya sekolah yang kian naik, eh ditambah lagi siswa-siswa yang mempunyai hobi yang unik dan ekstrim seperti tawuran. Dari jaman dulu hingga sekarang, ada saja yang jadi ributan untuk menyulut aksi tawuran antar siswa sekolah. Padahal pemicunya rata-rata hanya masalah sepele yang dengan kapasitas seorang siswa indonesia yang sudah di menempuh jalur sekolah pastilah bisa diatasi dengan pikiran dingin tanpa ada kekerasan. Melihat aksi tawuran yang terus marak terjadi di kalangan anak sekolah, saya jadi berfikir apakah di sekolah mereka tidak diajari pelajaran agama? Saya yakin agama apa saja yang dianut pasti tidak ada yang membenarkan atau mengajarkan tentang seni tawuran. Setiap agama pasti mengajarkan tentang kasih sayang sesama manusia, tolong menolong, bersabar, tidak mudah emosi. Atau saat ada pelajaran mereka terlalu sibuk untuk mendengarkan perkataan guru dan sibuk dengan pacaran, BB atau facebook.

Sungguh membuat saya prihatin sekali jika melihat calon – calon para pemimpin masa depan indonesia pada saat harusnya menimba ilmu sebanyak-banyaknya di bangku sekolah, malah terlibat kegiatan aksi tawuran  yang sungguh sia-sia. Bahkan tak jarang saat aksi tawuran antar siswa sekolah ini memakan korban nyawa. Bayangkan seperti apa wajah orang tua mereka jika melihat anak tumpuan masa depan keluarga yang berharap mereka suatu saat nanti dapat membanggakan dan membahagiakan orangtua, malah berakhir di sebuah keranda mayat dan akan di usung ke pemakaman dikarenakan menjadi korban tawuran siswa sekolah. Apa mereka akan bangga dan senang dengan pencapaian mereka?

Apa sih yang dicapai dengan perbuatan anarkis seperti tawuran?. Rasa puas setelah menghajar musuh mereka,atau kebanggaan karena terlihat gagah dan macho saat sedang tawuran. Hanya rasa sesaat itu lah yang mungkin bisa didapat tetapi bayarannya sungguh sangat tidak seimbang dengan apa yang didapat. Korban luka – luka bekas sayatan pisau dan pukulan kayu dan besi yang biasanya menjadi atribut resmi tawuran. Belum lagi jika pelaku tawuran di giring ke kantor polisi karena aksi mereka. Dan yang paling parah adalah meninggal dunia karena ikut tawuran yang gak jelas.

Menurut saya para siswa yang ikut tawuran adalah siswa sekolah yang sangat bodoh. Mereka hanya  bertindak memenui nafsu dan ego tanpa berfikir dulu apakah perbuatan mereka baik atau buruk dan kedepannya nanti akan seperti apa. Jika mereka adalah siswa pintar mereka tentu akan bisa melihat dengan sebenarnya apa sih keuntungan tawuran. Masih ada kegiatan yang jauh lebih bermanfaat ketimbang saling pukul dan jotos antar siswa seperti belajar, membantu orang tua, dan sebagainya. Atau jika para siswa pelaku aksi tawuran memang kelebihan bakat mengenai jotos menjotos, dapat di salurkan ke hal yang postif dengan ikut kegiatan olahraga semisal martial art. Siapa tau malah bisa ikut olimpiade dan membawa harum nama indonesia. Jangan malah menciptakan bau busuk bagi indonesia dengan perpartisipasi dalam ajang tawuran.

Terakhir saran saya bagi pihak sekolah harus memperhatikan betul siswa-siswa nya yang ikut aksi tawuran selain di tindak dengan tegas seperti diberi sanksi atau hukuman berilah juga mereka sosialisasi dan pelajaran tentang sangat tidak bergunanya tawuran. Selain itu perbanyak kegiatan – kegiatan yang positif di sekolah seperti pengajian, gotong royong,lomba antar sekolah dan semacamnya agar tercipta rasa kesaudaraan antar siswa dan diharap rasa toleransi antar sesama akan tercipta. Dan untuk orang tua atau wali dimohon juga ikut perpartisipasi dalam mendidik anak anda karena pendidikan tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline