Lihat ke Halaman Asli

Darju Prasetya

Penulis freelance

Menepi

Diperbarui: 19 Januari 2020   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MENEPI
oleh: Darju Prasetya

Suatu saat kita butuh menepi. Menjauh dari segala keriuhan. Mungkin saja kau menjauh dari segala hiruk pikuk. Menjauh dari orang-orang yang sering usil. Menjauh dari orang-orang yang tak membuat dirimu nyaman.

Betapa pentingya menepi. Meminggir. Atau kalau di jalanan sekarang ini banyak engkau temukan pejalan yang ugal-ugalan. Kadang kau sudah mengalah namun mereka tetap serampangan di jalanan seolah jalan itu adalah warisan nenek moyangnya sendiri. 

Kau lebih baik menepi agar terhindar dari bencana. Betapa banyak orang yang meninggal dengan sia-sia di jalanan hanya karena mereka merasa menjadi raja jalanan dan tidak memikirkan bahwa di samping kita adalah orang-orang yang patut kita jaga juga keselamatannya. Kita lebih banyak mengagungkan egoisme diri kita sendiri. Sehingga apa yang terjadi kita bisa menjadi bencana bagi orang lain.

Menepi juga dibutuhkan agar kita bisa lebih banyak melakukan kontemplasi. Melakukan musahabah. Melakukan perenungan apa-apa yang telah kita lakukan selama perjalanan hidup kita hingga hari ini. Apa-apa yang telah kita tanam dalam perjalanan hidup kita? Apakah kita telah menanam buah kebaikan? Atau justru kita telah banyak menanam keburukan dan dosa yang mencelakakan?

Ya dengan menepi kita akan lebih bisa untuk melakukan kontemplasi. Dengan menepi jugakita akan lebih mudah untuk mendengarkan suara yang terdalam dari hati kita yang lebih bersih. Dengan menepi kita akan lebih bisa mendengar suara Tuhan.

Karena itu mengapa dulu para Nabi dan orang-orang sholeh ketika mereka menghadapi segala keruwetan dunia, mereka akan pergi menjauh sementara dari segala hiruk pikiuk dunia yang menyebabkan pikiran mereka terganggu dari segala ketenangan dan mereka berusaha mencari solusi dari segala keruwetan dunia agar lebih terang. 

Karena itu bagaimana dulu para Nabi seperti Rasullulah ketika menghadapi masyarakat yang kacau dan melakukan banyak tindakan kejahiliahan, maka Nabi segera menepi dari segala keruwetan dan menuju ke sebuah Gua yang jauh dari keriuhan. Gua itu adalah Gua Hira'. Di  sana Rasulullah melakukan perenungan hingga akhirnya turun wahyu yang pertama dari Allah SWT.

Menepi adalah sebuah jalan menuju terang. Menepi akan membuat hati kita lebih terang untuk bisa mendengarkan suara nurani yang paling dalam. Betapa pentingnya menepi bagi kesehatan hidup kita untuk menuju kehidupan yang lebih dekat dengan suara nurani. Karena nurani yang bersih akan lebih dekat pada Tuhan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa selalu mendengarkan hati nurani kita yang terdalam agar hati kita tetap dalam bimbingan Tuhan. Amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline