Haruskah mimpi itu putus karena situasi? Haruskah harapan itu terkubur karena keegoisan? Haruskah keyakinan itu terhenti karena ketidak pedulian? Tidak berniat menghujat atau mengejad orang lain. Karena ini hanya sebuah kisah yang tidak fiksi dan tidak berharap belas kasih, hanya mengharapkan kesempatan. Karena ilmu tidak pernah mengambil, tapi selalu memberi. Belajar dari nasehat orang tua dan pengalaman yang tidak seberapa, tapi keyakinan ini begitu kuat dan doa menjadi pondasi dari keyakinan. Namun, kami akan tembus kesombongan itu. Begitu juga, kami akan hancurkan sistem tidak berkepedulian itu bukan dengan rasa sakit. Tetapi dengan kerja keras dan usaha untuk menyelesaikan semua itu.
Teman dan keluarga menjadi penyemangat saat ini, bagai lilin yang menerangi gelapnya jalan hanya satu kata pamungkas yang tersirat saat ini yaitu "semangat". Iri tidak menjadi pilihan kami ketika melihat mereka menyelesaikan satu demi satu tapi itu menjadi penyemangat kami. Kamipun turut bahagia dengan apa yang mereka raih, mereka hanya sedikit beruntung untuk bisa menyelesaikannya.
Bukan kami tidak perduli atas hal yang telah kami mulai hanya langkah dan jalan kami berbeda dengan mereka dalam memulai dan mengakhiri, bukannya mengeluh, tapi kami mintak sedikit waktu dan bimbingan, kami tidak sedih dengan apa yang kami pilih dan waktu yang lambat, ini adalah sebuah proses perjalanan yang harus kami lalui dan kami percaya ini semua adalah jalan Allah untuk kami, kami hanya sedih karena tidak diperhatikan, banyaknya tuntutan mempersulit kami dalam menyelesaikan dan yang kami sedihkan kenapa kami dipaksa mengakhiri yang sudah kamu mulai dengan sebuah kegagalan, itu bukan pilihan kami, karena kami ingin selesai, tapi kami disudutkan dan dipojokkan terus untuk memilih satu pilhan, yaitu kegagalan.
Kami tahu bagaimana rasanya dipersulit, bagaimana rasanya terpojok, bagaimana rasanya tertinggal, sehingga kekecewaan menguasahi hari-hari kami, tapi semua itu mengenalkan kami pada yang Namanya kesabaran Dan keikhlasan, sehingga kami jauh lebih tenang menjalani hari-hari kami sampai saat ini, kami tahu ini bukanlah sebuah akhir dari perjalanan hidup kami, tapi ini adalah sebuah awal dari perjalanan hidup kami, tapi kami mohon Jangan padamkan semangat kami yang membara, jangan hentikan langkah kami atas kecintaan kami pada ilmu, jangan porak porandakan niat kami dalam menata mimpi kami, keluarga kami, terutama mimpi ibu bapak kami, kami ikhlas dengan ketiadaan kami, kami ikhlas atas lelah kami, kami ikhlas atas sakit yang kami rasa, tapi jangan gugurkan perjuangan kami, kami tahu ini bukan akhir ini adalah sebuah awal dari lahirnya sebuah kesuksessan karena Allah bersama hambanya yang bersungguh-sungguh.
Apakah keberhasilan itu ditakar dari banyaknya angka, apakah dari prestasi dan apakah dari popularitas yang diraih, tapi apakah mereka tidak tahu ada banyak korban disana, apakah hanya mereka yang berprestasi atau yang cepat mengakhiri yang dipedulikan, karena mereka memberikan popularitas bagi tempat mereka mencari ilmu, tapi bagi kami yang telat mengakhiri apakah kami tidak berhak merasakan perhatian dari mereka, kami juga menjadi penentu dari popularitas itu tanpa mereka sadari.
Banyak hal yang telah kami korbankan untuk pencapaian itu tapi kami tidak pernah menyesalinya atau mentangisinya, kami tetap berjuang dan terus berjalan walau langkah kami tertatih, keringat kami membasahi tubuh, matahari disiang hari menjadi musuh kami yang menghantam kulit kami tapi kami tidak gentar dan kami tetap menjadikan sang mentari menjadi sahabat kami, walau iya terus membakar kulit kami.
Sang malam dan pagi menjadi satu saat itu, mereka menjadi teman yang baik menemani kami dalam menulis apa yang harus kami tulis, ini hanyalah sepintas kisah hati kami yang menjerit atas sistem yang ada. Biarlah seperti itu karena kami juga sudah lelah atas situasi ini, tapi lelah kami itu bukan berarti menyerah, tapi lelah kami itu memaknakan kami akan terus berjalan dalam perjuangan dan mimpi kami untuk menyelesaikannya dalam sebuah keberhasilan yang nyata bukan kegagalan.
Ada beberapa hikmah yang dapat kami simpulkan dari perjalanan kami ini, yang pertama tidak ada awal yang tidak berakhir. Namun kitalah yang menentukan akhirnya bukan orang lain. Keduakuantitas seseorang tidak menjadi penentu kualitas seseorang, jangan sibuk melihat kauntitas tapi coba bangun kualitas yang memiliki kuantitas yang sesuai. Tiada yang sia-sia, setiap lelah, cobaan, sakit, derita yang kita jalani diujung kisah itu Allah SWT telah menyiapkan sesuatu yang jauh lebih baik dengan mental dan sikap yang telah ditempa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H