Lihat ke Halaman Asli

Daril M

Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Program Studi Hubungan Internasional

Keberadaan Suku Pashtun Penduduk Asli Afghanistan yang Menjadi Nomaden

Diperbarui: 7 Juli 2022   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suku Pashtun (bahasa Pashtun/Urdu/bahasa Persia: پشتون Paštūn atau پختون‎ Paxtūn). Suku Pashtun atau dikenal sebagai Pushtan, Paktun dan Pathan, merupakan sebuah kelompok etnis terbesar di Afghanistan. Suku Pashtun sendiri menggunakan tiga bahasa yang sering digunakan, dua utama yaitu urdu dan dari, kemudian ada bahasa inggris sebagai bahasa kedua. Mayoritas agama yang dianut suku Pashtun merupakan agama Islam dengan mayoritas Syi’ah. Asal mula terciptanya suku Pashtun diyakini berawal dari keturunan Persia yang memiliki wilayah perbatasan Pakistan-Afghanistan. Suku Pashtun sendiri mendiami kawasan Pakistan dan Afghanistan, sementara lainnya berada di utara yaitu, Azad Kashmir dan Karachi di Pakistan sama halnya dengan di Afghanistan.

Mayoritas penduduk suku Pashtun menjadi perantau dan bekerja sebagai buruh di Semenanjung Arab. Suku Pashtun juga dapat ditemui di daerah Peshawar dan juga Kandahar. Bahkan juga kota besar seperti Quetta dan Kabul yang diketahui memiliki berbagai suku di dalamnya, tetap Pashtun yang menjadi penduduk mayoritas. Karachi menjadi kota yang memiliki penduduk Pashtun terbesar di dunia dengan jumlah 1.5 juta orang Pashtun yang mendiami di kota tersebut.

Sebagian besar budaya suku pashtun memeluk erat agama islam dan menjunjung tinggi sopan santun terhadap orang lain, hal ini menjadi sebuah faktor dampak dari budaya yang dimiliki oleh suku Pashtun. Terkenalnya budaya yang sangat ketat terutama wanita dalam berpakaian mulai dari mengenakan burkha yang menutupi sekujur tubuh dari atas kepala hingga kaki, tidak pernah berbicara dengan keras maupun lantang di depan umum kecuali diperlukan, hingga jarang keluar rumah terkecuali tidak memiliki kepentingan.

Orang-orang Pashtun memiliki kebiasaan dalam menggunakan senapan dengan membawanya dipundak seolah-olah membawa payung dan umumnya mereka tidak melihat umur dalam menggunakan senjata api tersebut. Dengan sopan santun yang tinggi para suku Pashtun terbiasa dengan menghormati orang yang lebih tua. Tradisi mereka dalam ber ramah-tamah menjadi salah satu ikon budaya suku Pashtun hingga memiliki pandangan terhadap tamu sebagai ‘wajah Tuhan’, seperti yang disebutkan dalam Al-quran. Orang-orang Pashtun memiliki loyalitas yang tinggi dalam kekerabatan, biasanya mereka akan membela teman atau kerabatnya hingga mati.

Terlepas dari keramahan mereka terhadap tamu dan kerabat mereka, suku Pashtun sangatlah kejam terhadap musuh mereka, pada saat tentara Inggris memerangi mereka di abad ke-19 ketika salah satu prajurit mereka menghilang dan ditangkap mereka akan mengupayakan segala cara dalam mengambilnya kembali, karena mereka tau apa yang akan dilakukan prajurit musuh ketika ada tawanan yang dimiliki.

Suku Pashtun sangatlah memuja sosok wanita dalam kaumnya mereka menganggap jika wanita mereka tidak memiliki tandingan manapun, hal ini menjadi sebuah tradisi untuk mereka karena tidak dapat menunjukkan sosok wajah asli wanita suku Pashtun kepada orang asing. Mungkin hanya beberapa orang beruntung yang dapat melihat langsung wajah asli wanita suku Pashtun. Hal ini didasari dari prinsip mereka dalam menghormati dan melindungi wanita.

Wanita suku Pashtun dianggap memiliki nilai yang setara dengan harta mereka yang dimana harus dijaga. Hal ini didasari dari prinsip kehidupan suku Pashtun (Pashtunwali) yang menjadi pedoman hidup mereka. Pria suku Pashtun memiliki martabat dan kewajiban dalam menjaga zar (emas), zamin (tanah) dan zan (wanita). Mereka menjungjung tinggi prinsip kehidupan dengan cara terhormat berbentuk manawati (perlindungan). Harga diri menjadi hukum atas siapapun yang berani melanggar perlindungan Pashtunwali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline