E-Katalog, Strategi revolusi mental ala bapak Presiden Joko Widodo?
Masih segar diingatan, pada tanggal 9 Juni 2014 di dalam debat capres bapak Jokowi mengutarakan bahwa perlu pembangunan sistem, sistem yang seperti apa, salah satunya dengan melaksanakan e-katalog.
E-katalog merupakan sistem katalog elektronik sehingga pemerintah dapat langsung membeli barang ke pabrikan atau produsen tanpa melalui pihak ke tiga. Hal ini sudah menghemat pengeluaran negara sekitar 10 % sampai 15 %, atau menghemat hampir 300 triliun per tahun.
Namun bukan hanya penghematan ini yang terjadi. Dengan adanya e-katalog, terjadi perubahan dari pola sumber daya manusia dari sisi pemerintah maupun masyarakat.
Dari sisi pemerintah, dalam pembelian alat yang dibutuhkan tentu saja dengan sistem e-katalog yang terbuka dan dapat dakses serta diawasi semua orang dan selalu online, tentu saja akan meringankan beban kerja pemerintah dalam mencari barang dan jasa serta membandingkan kualitas dan harga serta menyesuaikan dengan spesifikasi barang dan jasa yang diperlukan dengan transparan dan dapat diawasi oleh siapa saja.
Dari sisi masyarakat, akan terjadi dorongan untuk masyarakat menjadi produsen, tidak hanya menjadi penjual. Sistem e-katalog juga mendorong produsen untuk lebih berfokus kepada sistem pekerjaan yang efektif dan efisien. Biaya promosi produsen secara otomatis akan terpotong sehingga yang dikejar adalah kualitas dan timbul persaingan sehat antar produsen.
Meskipun kebijakan e-katalog sudah berjalan sejak 6 November 2013 dan sejak hari itu sudah digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, namun komitmen Bapak Presiden Joko Widodo untuk menjalankan E-katalog merupakan hal yang patut kita apresiasi bersama. Apalagi hal ini terbukti memperbaiki sumber daya manusia Indonesia dari pihak pemerintah maupun masyarakat menjadi manusia yang bersih, efisien, efektif dan berkualitas.
Jadi bagaimana menurut anda? Benarkah penerapan E-katalog, merupakan strategi revolusi mental ala Presiden Joko Widodo? Silahkan dinilai, dikomentari dan didiskusikan.
Terima Kasih Banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H