Lihat ke Halaman Asli

dara suri

portofolio by Dara Kartika Suri

Sosok "Ibu" dalam Cerpen-Cerpen Mazhdar Zainal

Diperbarui: 6 Desember 2022   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika dihadapkan dengan sebuah karya fiksi, pada dasarnya kita dihadapkan pada sebuah dunia yaitu dunia rekaan, dunia yang sudah dilengkapi dengan penghuni dan permasalahaannya. 

Dunia yang ditemui dalam sebuah karya fiksi bisa dunia apa saja, contohnya dunia binatang, politik, ilmu pengetahuan, pendidikan hingga dunia kehidupan perempuan. 

Dunia seputar kehidupan perempuan selalu saja menjadi topik pembicaraan yang hangat untuk diperbincangkan dan tidak pernah bosan untuk membacanya. Pada abad ke-18, buku bacaan berupa novel didominasi oleh novel-novel berlatar dan bertema rumah tangga yang ditulis oleh para kaum perempuan.

Di Indonesia, semenjak perkembangan sastra modern, rata-rata pengarang dari kalangan perempuan menulis tema-tema seperti itu. Berbeda dengan masa kini, di tengah sepinya karya sastra yang ditulis oleh perempuan, maka pengarang laki-lakilah yang mengisi kekosongan tersebut dengan menulis tema-tema seputar kehidupan dunia perempuan. Gaya menulis laki-laki akan berbeda dengan gaya menulis perempuan dalam menciptakan citra para perempuan ditulisannya.

Para perempuan cenderung mengangkat tema-tema yang ringan seperti penderitaan dan kemelaratan hidup yang dialami oleh kaum perempuan dan rata-rata karyanya mengandung unsur imaginasi yang tidak ditemukan oleh para pengarang laki-laki. 

Sedangkan, para lelaki cenderung menggambarkan perempuan memiliki oposisi biner terhadap laki-laki, sehingga melahirkan citra yang bisa dianggap diskriminatif dan stereotype terhadap para kaum perempuan.

Persoalan-persoalan mengenai dunia kehidupan perempuan terkadang dianggap hanya sebelah mata oleh masyarakat. Perempuan dianggap lebih rendah kastanya dibandingkan dengan laki-laki. 

Pandangan-pandangan tersebut masih ada hingga saat ini, terbukti dengan kerap terjadi penyepelean terhadap profesi ibu rumah tangga. Perjuangan seorang ibu rumah tangga sangat jarang diapresiasi oleh kebanyakan orang. Terkadang kaum perempuan juga lebih banyak yang memilih untuk menjadi wanita karir dibandingkan untuk menjadi ibu rumah tangga. Selain itu juga, perempuan kadang dianggap rendah oleh para kaum laki-laki. 

Mereka dengan mudah merendahkan harkat perempuan dengan cara yang berbeda-beda. Hubungannya dengan dunia kesusastraan adalah dunia kesusastraan dianggap sebagai tempat yang paling pas untuk mencurahkan segala isi pesoalan yang terjadi di masyarakat sehingga hal-hal yang dianggap sepele oleh masyarakat dapat dirasakan dan dilihat secara fiksi. 

Tema-tema permasalahan kaum perempuan sudah lebih dulu ditulis oleh para pengarang diantaranya Djenar Maesa Ayu, Oka Rusmini, Nh Dini, Dewi Lestari dan pengarang-pengarang lainnya.

Berbeda dengan Mashdar Zainal, penulis kelahiran Madiun 15 April 1984 ini cerpennya sering dimuat oleh Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Republika, Suara Merdeka, dan lain-lain. Lelaki yang kesehariannya mengajar di sekolah dasar ini, memiliki kekhasan yang sudah diketahui para penggemarnya yaitu tulisannya yang lembut dan hangat dan didominasi dengan karyanya yang turut mengundang sedih para pembaca. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline