Event my diary#
Dear diary,
Entah apa yang harus aku katakan padamu deary, aku bingung pada hati ini. Aku bingung harus bagaimana menjawab keinginan-keinginan orang yang aku sayangi. Begitu berat rasanya. Aku tak tahu pada siapa harus bercerita. Kupikir hanya denganmu aku bercerita.
Diary, Seperti yang kamu ketahui, orangtua ku menginginkan aku secepatnya pulang dan menikah. Secepatnya memilih calon dan mengenalkannya pada keluarga. Tapi, aku tak mampu menjelaskan apa-apa, aku hanya bisa bilang "iya". Apalagi saat ibuku bilang "mumpung ibu masih ada" Kau tahu diary, seperti sesak dan hilang ragaku aku tak mampu berfikir lagi. Kosong, seakan aku tak mampu lagi bertahan hidup.
Diary, seperti bayang-bayang ayah ku, setelah kepergiannya 15 tahun yang lalu, aku seakan hilang harapan, tak ada penopang dalam hidupku. Fikirku, kenapa ini harus terjadi padaku. Tapi aku salah. Ternyata masih ada ibu yang menguatkan aku. Iya "ibu". Ibu yang menghidupi aku dan ke 5 kakak perempuan. Panas terik matahari, hujan, tak pernah ibu hiraukan. Tetap mencari nafkah untuk aku dan kakak-kakak ku. Menyekolahkan ku sampai lulus.
Kau tahu diary, kenapa hari ini aku sedih, kenapa dadaku terasa sesak, dan tangis pun tidak bisa kubendung. Karena sampai saat ini aku belum mampu membahagiakannya. Belum bisa membalas jasa beliau. Belum bisa menjaganya disaat beliau sakit. Ibu bilang, selain keinginan aku menikah ibu rindu sama aku. Sedih mendengarnya. Ibu maafkan aku belum bisa pulang. Maafkan aku 7 tahun ini bekerja jauh dari keluar dan tak bisa menjaga dan merawat ibu dengan sepenuhnya. Tapi ketahuilah ibu, aku juga sangat meeindukan ibu. Doa ku selalu bersama ibu. I love you ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H