Lihat ke Halaman Asli

Dara Magfirah

Mahasiswa

Mayza Story

Diperbarui: 23 Oktober 2019   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

mayza pov

Namaku mayza artha tilany,aku anak dari seorang pedagang bakso keliling.ibuku seorang pembantu di rumah orang lain.kehidupanku sangat menyedihkan.aku yang lahir ke dunia serba kekurangan,aku prihatin melihat keadaan orang tuaku sendiri.

Aku sekarang duduk di kelas 3 SMAN PHB yang merupakan sekolah terfavorit di tempat ku tinggal,aku bisa sekolah disana karena beasiswa yang diberikan pihak sekolah yang di percayakan padaku.aku selalu berusaha mempertahankan nilai-nilai agar tidak anjlok seketika.

Namun,banyak sekali teman kelasku yang mengejek ku karena ekonomi keluargaku,mereka menganggap ku hanya sampah negara yang di budidayakan,mereka hanya melihat sisi burukku saja setiap hari,tak jarang mereka selalu menyiram baju rapiku setiap pagi menggunakan air di bak WC yang sudah bau.

Namun semangatku tak pernah pudar untuk melanjutkan sekolahku.karna aku berfikir bahwa

"Mereka yang mengejekmu adalah mereka yang akan datang padamu untuk memberi pujian saat bendera kemenangan berkibar."

Itulah yang selalu membuatku merasa baik.aku terus saja belajar belajar dan belajar.tak pernah lelah untuk belajar.

Senin,tanggal 18 September 2019 sungguh membuat ku ingin berteriak keras karena tingkah seorang laki laki yang menghina ibu karena bekerja di rumahnya.dia melakukan itu di lapangan sekolah,dan semua dilihat oleh siswa di sekolah ku.aku sungguh malu dan tak berdaya mendengar ucapannya yang begitu pedas itu.

"Hey kau anak pembantu,setidaknya kau berfikir sekolah di sini,apakah tidak malu hah?hanya bermodal ayah sebagai pedagang, ibumu hanya sebagai pembantu dan badan ibumu yang bau saat melewati ku,aku ingin muntah saat mencium nya.keluar saja dari sini,hanya menambah bakteri saja dengan kehadiran orang miskin seperti mu."ujar laki laki itu jika tidak salah namanya Reza Aditya putra.

Aku yang biasanya hanya terdiam saat dipermalukan kini sudah tak sanggup untuk menahannya.dia sudah keterlaluan menurutku,tidak ada hak baginya untuk menghina ibu.dengan kasar aku melangkah maju di depannya dan menampar nya.

"Plak....."suara tamparan keras dari tangan ku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline