Lihat ke Halaman Asli

Selamat Tinggal MasterCard dan Visa, Selamat Datang Prime Access Card

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bank Indonesia mendorong perbankan nasional, khususnya Bank BUMN untuk membentuk prinsipal kartu kredit lokal karena memiliki potensi yang besar dalam pasar domestik mulai tahun 2010. Namun demikian sampai saat ini rencana beberapa bank tersebut belum terwujud.

Sangat disayangkan memang, mengingat nilai transaksi kartu kredit di Indonesia termasuk besar. Selama periode 2014, volume transaksi kartu kredit yang diterbitkan oleh 22 penerbit mencapai 176,83 juta transaksi senilai Rp185,94 triliun dengan jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 14,9 juta.

Adalah Prime Access Card sebuah stratup yang berkantor di BEJ Tower ini bakal mewujudkan mimpi mendirikan prinsipal lokal kartu kredit. Widya T Harjono, President and CEO Prime Access Card mengatakan, Prime Access Card saat ini sedang membangun sistem infrastruktur prinsipal lokal mulai akhir tahun 2014 lalu. Sebagai prinsipal lokal, Prime Access Card memiliki peran sebagai switchier atau penyedia jaringan.

Sedangkan, bank-bank lokal akan berperan sebagai issuer atau penerbit kartu kredit lokal. “Kami harapkan pada pertengahan tahun ini, sudah ada bank dalam negeri yang menjadi penerbit dan untuk pasar luar negeri pada awal tahun 2016 ,” kata Widya T Harjono

Tujuan Prime Access Card ingin membentuk prinsipal lokal adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap prinsipal luar negeri. Saat ini, sejumlah prinsipal global, seperti Visa dan Mastercard, mengenakan biaya (fee) tinggi pada setiap transaksi kartu kredit.

Apalagi, transaksi kartu kredit digunakan di dalam negeri. “Prime Access Card ingin memindahkan fee yang berasal dari transaksi kartu kredit di dalam negeri masuk kembali ke sini, tidak ditransfer ke luar negeri sehingga neraca jasa kita defisit,” tandas Widya T Harjono.

Kehadiran prinsipal lokal tersebut akan menurunkan harga komisi transaksi. Sebagai gambaran, fee transaksi kartu kredit dari prinsipal asing sekitar 3% per transaksi. “Biaya itu tidak mengalir ke prinsipal saja, namun dibagi ke merchant dan issuer,” ucapnya. Prime Access Card ini sangat penting bagi bangsa Indonesia karena hampir 80%–90% dari total transaksi kartu kredit menggunakan sistem prinsipal asing. Sisanya, hanya 5%–10% transaksi dilakukan di luar negeri.

Dengan tagline Shopping Saving Secure, ada beberapa hal yang menjadikan Prime Access Card posisinya jauh diatas MasterCard dan Visa. “ Kami memiliki strategi marketing yang belum pernah dilakukan oleh prinsipal kartu kredit lain, sehingga sampai saat ini dari strategi marketing kami jauh lebih unggul dari pesaing, “ menurut Widya T Harjono.

Salahsatu keunggulan yang ditampilkan oleh Prime Access Card adalah kemudahan bagi merchant untuk membangun strategi pemasaran sendiri, baik itu lewat online maupun lewat mobile device yang bisa dilakukan secara realtime, berbeda dengan pesaing yang masih menggunakan cara cara konvensional yang boros uang dan juga waktu. Untuk transaksi keuangan Prime Access Card menggunakan infrastruktur yang lebih murah namun dengan security yang lebih kuat.

Tanpa mengurangi security, Prime Access Card berhasil menekan biaya yang sebagian besar dikerjakan oleh anak negeri untuk softwarenya dan melibatkan beberapa perusahaan multinasional untuk infrastruktur transaksinya. “Software dikerjakan di dalam negeri dengan melibatkan anak negeri yang sudah berpengalaman melakukan switching beberapa bank sedangkan untuk hardware sebagian kami masih mengimpor, “kata Widya T Harjono. Beliau juga mengatakan setidaknya ada sekitar 15 perusahaan multi nasional yang terlibat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline