Lihat ke Halaman Asli

Kurangnya Pendidikan Karakter di Indonesia

Diperbarui: 19 Agustus 2016   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga saat ini hampir semua guru di Indonesia dan orang tua setuju bahwa pendidikan karakter adalah bagian penting dalam sebuah proses pendidikan. Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.

Tujuan pendidikan karakter itu sendiri adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik. Pendidikan memiliki peran penting karena pendidikan tidak hanya menentukan keberlangsungan masyarakat, namun juga menguatkan identitas individu dalam masyarakat.

Karakter merupakan ciri khas pada kepribadian seseorang dan terwujud dalam sikap, perilaku, dan cara merespon pengaruh dari luar. Karakter yang terbentuk sejak dini dibantu oleh keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar agar kita dapat menerapkan hal-hal baik ketika telah beranjak dewasa. Berkarakter yang baik akan direspon baik juga oleh orang lain. Tidak perlu jauh untuk mencontohkan, saat ini kita masih mendengar perkelahian antarpelajar, perilaku tidak jujur, suka menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, dan lain-lain. Itu membuktikan bahwa pendidikan karakter belum sepenuhnya terlaksana seperti apa yang diharapkan.

Ada faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, bisa dari faktor lingkungan maupun diri sendiri. Namun, faktor lingkungan yang tidak baik dapat menjadi penyebab yang cukup berpengaruh. Faktanya, bila anak telah dididik baik sejak kecil namun saat beranjak besar tiba-tiba pergaulannya salah, itu akan sangat berdampak karena lingkungan adalah tempat ia sering melakukan kegiatan sehari-harinya, sehingga ia bisa saja ikut terjerumus. Akan tetapi, kembali lagi kepada faktor diri sendiri. Jika sang anak memiliki tubuh dan mental yang kuat, ia pasti anak menolak dengan tegas hal-hal yang tidak baik dari lingkungannya dan tetap berpikir positif ke depannya.

Untuk itu, sangat diperlukan pendidikan karakter di dalam maupun luar sekolah. Pendidikan karakter dapat dimulai perlahan-lahan bahkan dalam wajib belajar 12 tahun. Berhubung membahas sekolah, anak zaman sekarang sering menyebut “nilai lebih dihargai daripada proses”. Pernyataan itu seakan menyebutkan bahwa hasil akhir adalah segala-galanya. Padahal bila tidak mendalami prosesnya, bila tidak mendapat ilmunya, itu akan sia-sia saja untuk ke depannya dan hanya menimbulkan niat untuk menyontek. Hal itu bisa menjadi salah satu penyebab gagalnya pendidikan berkarakter dari dalam diri sendiri.

Solusinya adalah ubah pola pikir kita untuk tidak terus berpikir instant karena berbagai hal memerlukan suatu proses untuk mendapatkannya. Cara lainnya yaitu menaati peraturan yang ada, peraturan di rumah, di sekolah, ataupun di lingkungan sekitar. Contoh kecilnya yaitu membuang sampah pada tempatnya, dan itupun masih menjadi “penyakit” orang-orang Indonesia hingga saat ini. Peraturan dibuat bukan untuk dilanggar, tetapi untuk ditaati. Hal itu juga dapat membantu untuk membentuk karakter yang baik di lingkungan seseorang berada.

Dengan membaca essay ini semoga para pelajar dapat meningkatkan kejujuran, rasa tanggung jawab, rasa saling menghormati dan menghargai orang lain, serta mengurangi hal-hal yang tidak sesuai dengan pendidikan karakter yang dijalankan. Mari kita wujudkan pendidikan karakter yang sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa Indonesia dengan cara yang sebenarnya.

Sumber: 1| 2|




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline