Lihat ke Halaman Asli

Inilah Nasehat untuk Korban PHK Panasonic dan Toshiba

Diperbarui: 6 Februari 2016   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="lipuutan6.com"][/caption]
Mendengar berita di Kompas TV soal PHK Massal di Perusahaan besar PT Panasonic dan Toshiba saya jadi ingin membuka kembali buku PHK Dunia Belum Kiamat, karya Djoko Sungkono dan Franz Dirgantoro. Buku tersebut saya beli dua tahun lalu saat mempersiapkan diri untuk tidak kerja lagi di perusahaan orang. Sebab kerja dengan orang itu sakitnya tuh di sini, artinya banyak sakitnya daripada nikmatnya. Lagipula Abah Dahlan Iskan mantan dununganku (majikan) juga selalu bilang yang paling enak itu jadi pengusaha. Bebas dan uangnya tak terbatas.

Kembali soal PHK Massal di Toshiba dan Panasonik. Kedua industri itu berada di Kawasan Industri East Jakarta Industrial Park (EJIP), Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi. Menurut Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia Aditya Warman alasan perusahaan mem-PHK massal. Pertama, tingginya upah tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Kedua, modernisasi mesin perusahaan yang tidak lagi mengandalkan sumber daya manusia (SDM).

Upah minimum kabupaten/kota (UMK) buruh di Kabupaten Bekasi hingga mencapai Rp 3,8 juta, Lumayan gede. Gaji wartawan Kompas di daerah juga tidak segitu. Apalagi gaji wartawan Jawa Pos Grup. Dibawah sejuta. Memang masuk akal kalau pengusaha mengambil langkah PHK atau dalam bahasa mereka rasionalisasi dan efesiensi perusahaan. Perusahaan ingin tetap survive, kalau cost untuk bayar karyawan membengkak sementara output karyawan standar-standar saja buata apa mempertahankan karyawan.

Sistem pengupahan pun dinilai tak adil, karyawan yang baru masuk sudah diberikan upah layak, sama dengan karyawan lama. Bayangkan saja selisih gaji karyawan baru dan karyawan lama hanya 10 persen saja.

Diperkirakan PT Panasonic akan melakukan PHK besar-besaran sebanyak 2.000 karyawan, sementara PT Toshiba bakal mem-PHK 865 karyawan. Pihak perusahaan saat ini sedang alot negosiasi bipartit antara manajemen perusahaan dengan karyawan untuk pemberian pesangon. Untung, yah buruh pabrik mah dapat pesangon. Teman-teman saya di Jawa Pos Grup tak dapat pesangon meski sudah mengabdi belasan tahun.

Lantas bagaimana dengan nasib sekitar 3.000 dari dua perusahaan tersebut? Saya kira pemerintah tak bisa tinggal diam harus memikirkan solusinya? Itu urusan permerintah. Sementara korban PHK-nya T saya punya saran sebaiknya para korban PHK yang beragama Islam masuk pesantren. Mengapa demikian? karena korban PHK secara mental terguncang bhatinnya. Nah di pesantren itu mereka akan diobati hatinya, dikuatkan mentalnya dengan ajaran agama, dan disamping itu diberi pemahaman bahwa rejeki itu sudah dijamin Allah.

Nah itulah yang saya lakukan saat tidak kerja lagi di perusahaan orang. Sebelum terjun ke dunia bisnis saya luruskan dulu niat, belajar dulu ke Aa Gym di Gegerkalong Bandung. Atau rutin mendengarkan ceramahnya lewat radio. Maka, munculah optimisme dan percaya diri. Bagaimana bisnis mau jalan kalau hati masih kacau balau. Nah setelah hati tenang barulah baca buku PHK Dunia Belum Kiamat. Dalam buku itu diatur strategi bagaimana memulai wirausaha atau melamar kerjad di perusahaan baru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline