Lihat ke Halaman Asli

Hebatnya Wanita Nusantara

Diperbarui: 1 Januari 2017   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HEBATNYA WANITA NUSANTARA

Bagaimanakah peran perempuan Nusantara di jaman kerajaan-kerajaan kita jaman dahulu?

Mari kita simak sejarah.

Ternyata perempuan Nusantara tidak saja berhak memperoleh posisi tinggi, tetapi juga mampu berkarya yang luarbiasa sehingga dikagumi oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Tanyakan, mengapa kalian khususnya generasi muda Indonesia tidak mengetahui fakta ini?

Marilah kita bahas beberapa.

KILISUCI

Nama aslinya adalah Dyah Sanggramawijaya. Putri dari Sinuhun Prabu Airlangga yang mendirikan kerajaan Kahuripan sebagai revival atas kerajaan Mataram Medang (Mataram Kuno) yang hancur diserang oleh Kerajaan Srivijaya. Ia mendapat mandat dari rakyat Medang yang membutuhkan pemimpin baru yang kuat.

Dyah Sanggramawijaya adalah putrinya yang pertama. Ia sempat menjadi Maha Menteri (Rakryan Mahāmantri, atau Prime Minister, atau Perdana Menteri) dengan gelar Rakrayan Mahāmantri I  Hino Sanggramawijaya Dharmaprasada Uttunggadewi. Seorang yg bergelar I Hino pada masa itu artinya adalah calon pengganti Raja bila sang Raja turun tahta.

Tapi disamping itu, ia memliki 2 adik pria dari 2 selir Sinuhun Airlangga yang adalah penganut ajaran Vishnu. Adiknya2 itu sangat ambisius dan selalu bentrok berebut wilayah kerajaan.  Melihat hal itu maka hati Dyah Sanggramawijaya menjadi sedih dan muak melihat bagaimana perhelatan dunia yang selalu membawa penderitaan bagi rakyatnya. Ia pun sempat dilamar oleh dua pria berkuasa berwatak buruk dan jahat (yang dilambangkan sebagai manusia yg berkejiwaan Asura bernama Lembusura, dan Mahesasura) dan menolaknya, bahkan melawannya. Oleh karena itu, sekalipun dirinya pewaris tahta yang berhak, tetapi ia memilih untuk menyerahkan haknya itu kepada 2 adiknya tersebut dan menjadi Kili (sejenis wikuni/bikkhuni yang hidup di hutan (forest-monk) atau siddha) sehingga digelari Dewi Kilisuci. Pada tahun 1035 Masehi, ia pergi menuju ke tengah hutan rimba yang jarang ditinggali orang yg disebut Gunung Klothok , di Gua Selomangleng.

Ia sendiri merasa bahwa dengan menekuni Dharma Budajawa (Jawasanyoto), dengan menjadi pertapa dirinya akan berada dalam suatu posisi yang dapat  memayungi rakyatnya secara spiritual serta secara tidak langsung mengarahkan kedua adiknya tersebut agar menjalankan pemerintahannya demi kepentingan rakyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline