Lihat ke Halaman Asli

Alin FM

Praktisi Multimedia dan Penulis

Covid-19 dan e-Money

Diperbarui: 30 Maret 2020   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://fedo-gmbh.de/

Status pandemi global virus corona atau Covid-19, baru ditetapkan WHO pada Kamis (12/3/2020), sebulan setelah prediksi. Dengan naiknya status corona menjadi pandemi ini, WHO berharap negara-negara di dunia bisa melakukan penanganan ekstra.

WHO menyarankan seluruh negara untuk memperketat penanganan virus corona, seperti : Meningkatkan mekanisme tanggap darurat. Memberi tahu masyarakat soal resiko dan pencegahan penyakit ini. Melakukan isolasi, tes, dan perawatan pada setiap kasus COVID-19 dengan melacak setiap kontak yang pernah dilakukan pasien.

Uang tunai bisa menjadi salah satu yang rentan terpapar virus corona (Covid-19), maka untuk langkah pencegahan, pembayaran digital bisa menjadi pilihan lain untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona. Pengamat kesehatan keuangan masyarakat Hasbullah Thabrany mengatakan, alangkah baiknya penggunaan uang tunai dikurangi.

Adapun menurutnya penggunaan uang elektronik bisa dijadikan solusi dalam alat pembayaran. "Sekarang mari kita beralih ke uang digital atau pakai pembayaran digital agar lebih mudah,"ujar Hasbullah saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (17/3/2020).

Bank Indonesia (BI) bersama Pemerintah dan otoritas terkat bersinergi dan menempuh langkah-langkah kolektif untuk melakukan pemantauan, asesmen, dan mitigasi implikasi penyebaran virus corona alias Covid-19. Salah satu langkah pencegahan Covid-19, BI melakukan disinfektan terhadap mata uang rupiah.

Hal ini sejalan dengan anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dan Pemerintah Indonesia untuk meminimalisasi penyebaran virus corona (Covid-19), salah satunya dengan mengurangi penggunaan tunai dalam kegiatan sehari-hari.

Uang elektronik, atau yang biasa disebut dengan e-money, memudahkan produsen dan konsumen bertransaksi secara elektronik atau dengan internet. Untuk menggunakan e-money, pertama-tama Anda harus menyetorkan (menyimpan) sejumlah uang dulu. Nominal yang disetorkan akan diubah dalam bentuk saldo e-money.

Saldo e-money inilah yang digunakan untuk bertransaksi. Banyak hal yang bisa dibayar dengan e-money. Saat ini transportasi ojek online, pesan makanan, bayar makanan di restoran, bayar barang yang dibeli di mall atau toko-toko, bisa menggunakan e-money. Tak heran, semakin banyak orang tertarik untuk menggunakannya apalagi di tengah Pandemi global sekarang ini.

Selain kemudahan dalam bertransaksi untuk para pemilik saldo e-money, ternyata resiko dibaliknya. Penggunaan e-money akan berdampak perekonomian negara dan perilaku masyarakat. Berikut ini adalah resiko dan berbagai dampak penggunaan e-money tersebut:

1. e-Money Dapat Memicu Inflasi

Inflasi pada dasarnya suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Adanya perubahan permintaan dan penawaran yang terjadi menyebabkan harga-harga barang yang terus meningkat, dan turunnya nilai uang. Inflasi pada suatu negara harus terkontrol dengan baik. Jika tidak terkontrol dengan benar, maka akan terjadi ketidakseimbangan ekonomi yang mengancam stabilitas negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline