Lihat ke Halaman Asli

Strategi Perang Garuda Berdarah

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masyrakat Indonesia saat ini sedang dibuat kabur dan dibingungkan dengan hasil hitung cepat yang terbelah, yang memenangkan kubu Prabowo dan kubu Jokowi. Sebelum lebih jauh lagi, dengan jelas dan pasti bahwa pemilu ini 9 juli 2014 telah dimenangkan oleh Jokowi  jika penghintungan real berjalan dengan semestinya dan tanpa ada kecurangan dari pihak penyelenggara. Pada hari yang sama beberapa jam setelah waktu penyelenggaraan pemilu berakhir  Sembilan lembaga survei yaitu populi, radio republic Indonesia (RRI), lingkaran survey Indonesia(LSI), CSIS, Litbang kompas,  SMRC, indicator politik dan terakhir polltracking. telah menyatakan bahwa Jokowi telah mendapatkan suara terbesar. Kesembilan lembaga survey ini merupakan lembaga yang kredibel, professional dan terbukti pengalamannya selama beberapa tahun belakangan. Hasil dari kesembilan lembaga survey ini disiarkan dibeberapa siaran tv nasional yaitu, indosiar, metroTV, transtv, trans7, sctv, beritasatu dan tvri. terdapat 4 lembaga survey yang  merilis hasil yang berbeda dengan menempatkan prabowo dalam posisi teratas dalam pemilihan umum presiden 2014, yaitu Indonesia research center (IRC), Lembaga survey nasional (LSN), Puskaptis, dan Jaringan suara Indonesia (JIS). Yang disiarkan oleh tvONE, dan statsiun televise MNC grup ( RCTI, Globaltv dan MncTv). Sekilas penjelasan mengenai rekam jejak keempat lembaga survey ini 1.       Indonesia research center (IRC) berkantor di MNC tower yang juga merupakan bagian kelompok media MNC ( Hary Tanoesoedibjo adalah pemiliki MNC ) , pada 2013 pernah merilis bahwa elektabilitas Wiranto berada diposisi kedua dibawah Jokowi dan berada diatas Prabowo yang berada diposisi ketiga, yang pada saat itu sebagian besar lembaga survey menyatakan bahwa bahwa elektabilitas jokowi diperingkat teratas dan disusul Prabowo. Sebagai tambahan Hary Tanoesoedibjo merupakan pasangan wiranto sebelumnya akhirnya pecah kongsi, wiranto merapat ke kubu Jokowi dan HT ke kubu Prabowo. 2.       Lembaga survey nasional (LSN) Selalu melansir hasil survey yang menggunggulkan Prabowo dan gerindra, pada  2009  LSN memprediksi bahwa gerindra akan memperoleh 15.6persen tapi pada akhirnya hanya memperoleh 4.5 persen, padah pileg 2014 LSN melansir gerindra akan memperoleh 26.1 persen tapi pada kenyataannya gerindra memperoleh hanya 11.6 persen 3.       Puskaptis pada 2013 manipulasi hasil hitung cepat pemilihan gubernur sulawesi selatan yang menimbulkan kemarahan pemilih didaerah itu sehingga aparat berwenang harus mengungsikan Ir Husin Yazid MSi selaku pimpinannya. Sebagai tambahan pada pileg april 2014 Abdurizal Bakrie pernah menyebutkan puskaptis sebagai lembaga survey yang tidak kredibel, tapi anehnya sekarang dipakai lagi di tvone . 4.       Jaringan suara Indonesia (JIS) Memprediksikan Fauzi Bowo akan memenangkan pilgub 2012 dki Jakarta dan melansir pada 2012 pula bahwa 64persen masyarakat Indonesia beranggapan Prabowo merupakan kandidat paling tepat untuk presiden. apa sebenarnya maksud dan tujuan dengan merilis hasil hitung cepat tandingan ini dibeberapa media yang pemiliknya secara jelas berafiliasi dan memiliki kepentingan dengan kubu sang garuda merah ini ? 1.       Memunculkan kebingungan publik Terbelahnya hasil hitung cepat menjadi dua kubu, yang kemudian mempublikasikan secara membabibuta setiap jam dan setiap saat. Secara jelas berpengaruh pada masyrakat bawah yang sebagian besar kurang memiliki pemahaman mengenai hitung cepat dan proses dari rekapitulasi, apalagi stasiun-stasiun televisi tersebut menampilkan hitung cepat setiap saat setiap detik. Inilah salah satu alasan pula kenapa pihak Prabowo berusaha gigih untuk mendapatkan HT sebagai tim sukses, HT merupakan pemilik dari media terbesar di Asia Tenggara MNC grup. 2.       Membangun opini publik tandingan Media-media MNC danTVone selalu menghadirkam para narasumber (tanpa mengundang pihak lawan agar menjaga keberimbangan berita ) untuk menyerang lawan politiknya dengan topic-topik yang sangat membabibuta. Ingat TVone yang selalu dengan brutal menyerang pihak Jokowi mulai dari dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta demi menaikkan elektabilitas si Ical yang elektabilitasnya selalu dibawah. 3.       Membangun opini melalui rekapitulasi real count internal tandingan Agar konsisten merekayasa pembangunan opini public tandingan, seperti yang dilansir (lagi-lagi) oleh tvOne ( Real Count PKS) yang menunjukkan hasil real count PKS ini ternyata sama dengan hasil prediksi PKS pada 5 Juli 2014, empat hari sebelum pencoblosan. 4.       Memanipulasi rekapitulasi Dengan beredar luasnya data palsu ini, berimbas pada mengikisnya kepercayaan terhadap hasil-hasil hitung cepat.  lembaga-lembaga hitung cepat yang kredibel yang biasanya menggunakan hasil hitung cepatnya sebagai sarana penjaga agar KPU melakukan rekapitulasi berjenjangnya mulai dari tingkat tps , kelurahan, propinsi hingga nasional, agar tidak berani bermain-main dan merekayasa hasil mulai goyah kepercayaannya oleh publik kebanyakan. Dengan momentum ini dapat digunakan oleh pihak lawan dengan bantuan KPU untuk merekayasa hasil KPU. (ingat partai demokrat yang merupakan partai incumbent ) 5.       Perilisan hasil rekapitulasi resmi Setelah proses rekayasa hasil pemilu berjalan sesuai dengan keinginan mereka,hasilnya akan dirilis dengan turut menggunakan hasil lembaga survey yang tidak kredibel itu sebagai pendukung  'fakta' hasil rekapitulasi pemerintah dan dimantapkan lagi dengan media-media sokongan yang akan memberitakan secara serempak dan massif dengan segala macam kekuatan media yang dimiliki. Ingatlah pemilu itu seperti layaknya perang, pemilu pun memiliki ahli-ahli taktik yang mengatur jalannya kampanye mulai dari apa yang harus dibicarakan, bagaimana gestur tubuh, cara bicara, mengatur penulisan visi misi, kampanye didaerah mana dan lain sebagainya agar bisa membentuk opini public dengan sang capres andalannya. Untuk para ahli ini ada yang bersedia mengandalkan berbagai cara agar memenangkan orang yang disokongnya mulai dari mengatur peredaran kampanye hitam (Contohnya tabloid obor, untuk membunuh karakter sang lawan melalui fitnah dan juga untuk mengalihkan pandangan public dari kekurangan sang capres yang didukungnya) hingga membunuh (dalam kasus ekstrim yang terjadi di Negara-negara luar ) . Oleh karena itu marilah kita kawal proses rekapitulasi ini agar jujur tanpa ada kecurangan . karena Indonesia kita ini bukan sapi yang dagingnya bisa dibagi-bagi dagingnya demi menggemukkan dompet sebagian orang yang sudah terbelit berbagai macam hutang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline