Lihat ke Halaman Asli

Yang Penting Bisa Makan (?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemarin, 20.10.2010, seharian salah satu stasiun tv berita nasional tak hentinya melaporkan ttg kejadian hari ini yang penuh orasi, kritikan dan kecaman thp pemerintah yang disyairkan dari hampir seluruh pelosok negeri. Setahun sudah rezim SBY jilid II berlangsung, namun kenyataannya banyak pihak yang menilai gagal.

Seperti biasa, sikap Presiden yang bertubuh besar ini, selalu menempatkan dirinya di posisi yang disudutkan. Aksi massa hari ini jauh hari telah diisukan oleh istana disusupi oleh aksi bermuatan politis untuk menggulingkan kekuasaannya.

Dan sampai saat ini, terbukti tuduhan istana merupakan sesuatu yang berlebihan, dan hanya isapan jempol belaka. Dan seolah semuanya baik-baik saja, demo kemarin layaknya hanya pegelaran massa yang sekarang sah untuk dilupakan.

Memang, ketika pendemo menyebut pemerintah gagal, masih banyak pembelaan dari pemerintah bahkan dari masyarakat sendiri di lain pihak.

Berbagai kasus korupsi, skandal, konspirasi, pelanggaran HAM, keamanan kehidupan beragama, perekonomian, yang terjadi sekarang disebut belum cukup sebagai indikator pemerintah gagal. Belum.

Oke. Saya tidak mau berdebat. Beberapa kalangan menilai, hukuman rezim yang dianggap gagal adalah dengan tidak memilih mereka lagi di pemilu. Artinya tunggu 4 tahun lagi.

Berbagai argumen mungkin layak diperjuangkan. Dan sekaligus untuk mengamini komentar para politisi bangsa ini, saya berpendapat, Indonesia, negara kaya raya segudang sumber daya, siapapun pemimpinnya akan susah 'menggagalkan diri'. Mereka akan selalu punya alasan mengklaim keberhasilannya.

Selagi saya masih bisa membuka mulut dan makan, pemerintah tak bisa disebut gagal. Selagi saya masih bisa tidur, pemerintah tidaklah gagal.
Makan apa dan bagaimana, tidur dimana dan bagaimana, jangan protes.

Silahkan pemerintah mengklaim, bahkan ketika saya bernafas, itulah prestasi mereka. Bahkan Soeharto butuh 32 tahun untuk menghancurkan Indonesia, maka penguasa sekarang pun masih punya banyak waktu, 31 tahun lagi untuk sah disebut gagal.

Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline