Lihat ke Halaman Asli

Uji Coba ChatGPT sebagai Media untuk Menggali Inspirasi dan Potensi Diri

Diperbarui: 4 Maret 2023   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

ChatGPT memberi kemudahan dalam berbagai hal sebagai problem solving. Tidak dapat dipungkiri, jalan pintas semacam ini sangat disukai oleh pengguna IT. Era sudah menuntut setiap orang untuk melek IT. Namun akankah semua kenyamanan ini akan berbuntut kemalasan bagi penggunanya?

Kecerdasan buatan adalah sistem yang dibuat untuk membantu kinerja manusia. Akan tetapi, otak dari sistem tersebut tetap dibawah kendali manusia. Nah, di sini pengguna ditantang untuk menjadi pengguna yang bijak atau justru lahir sebagai pecundang.

Jika memilih sebagai pengguna yang bijak maka ChatGPT akan ditempatkan sebagai partner untuk bekerja sama. Penggunaan ChatGPT akan menggali kreativitas penggunanya dengan berbagai inspirasi yang tersaji. Segala pekerjaan dapat diselesaikan bukan karena pure hasil adopsi ChatGPT melainkan hasil olah pikir pengguna yang bersangkutan. Boleh belajar, boleh memahami, boleh menggali sebanyak-banyaknya solusi dari ChatGPT tetapi hasil akhir terletak di tangan pengguna.

Nah, jika memilih sebagai pecundang maka ChatGPT akan diperlakukan layaknya rival yang selayaknya harus memenuhi keinginan pengguna. Input data, menunggu sistem operasi, out data didapat sesuai keinginan pengguna lalu branded seolah-olah semuanya hasil kerja keras pengguna. Bangga? Silakan ditanyakan kepada hati nurani masing-masing pribadi.

Copy paste yang identik dengan tindakan menjiplak adalah bentuk plagiasi terhadap branding dari produk orang lain dalam penggunaan ChatGPT memang sangat rentan terjadi. Satu kelemahan ChatGPT yang mungkin harus terus dibenahi dari pihak AI.

Menjadi generasi melek digital yang serba bersinggungan dengan IT sudah sewajarnya bertanggung jawa terhadap kinerjanya. ChatGPT tercipta bukan untuk memanjakan manusia. Inspirasi dari penggunanya tetaplah menjadi poin utama etos kerja yang bersangkutan. Branding diri dengan kerja keras, kerja jujur dan dedikasi tinggi untuk kinerjanya adalah penentu masa depan bangsa. Masa depan terletak pada generasinya bukan pada sistem ChatGPT.

Kecerdasan buatan manusia memang menjadi candu bagi para pengguna di seluruh dunia. Jam kerja yang padat ditambah semua harus serba IT menjadikan ChatGPT sebagai salah satu pilihan untuk  menyelesaikan masalah secara cepat dan berdaya guna. Namun jangan sampai pribadi pengguna lantas menjadi budak IT yang hanya sekadar copy paste dari konten yang disuguhkan. Gunakan ide dan inspirasi yang tertuang dari otak. Tanamkan mindset bahwa kecerdasan buatan ChatGPT tersebut hanya sebatas rekan kerja bukan penentu kinerja pribadi pengguna. 

Siap bekerja sama dengan kecerdasan buatan seperti ChatGPT artinya harus siap bijak dalam menggali potensi diri. Bangsa yang maju adalah bangsa yang berani mengeksplore kemampuannya dan bangga terhadap hasil karyanya sendiri. Terima kasih.

Kebumen, 4 Maret 2023

Penulis

Danu S, S.Si.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline