Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam kurikulum merdeka ini menuntut peran aktif siswa. Berbagai macam proyek yang diselenggarakan oleh sekolah di sela-sela pembelajaran adalah warna baru di dunia pendidikan.
Kemampuan akademik siswa akan semakin bagus jika didukung oleh skill yang dapat diasah melalui P5 tersebut. Memang selama ini siswa biasa dihadapkan dengan situasi pembelajaran satu arah saja. Datang, duduk, mendengarkan,evaluasi, penilaian, pulang. Sangat minim keterampilan yang diperoleh-sekadar praktik olah raga, agama dan kesenian-untuk memenuhi nilai mata pelajaran tersebut.
Gebrakan P5 tidak langsung disamaratakan untuk semua kelas di setiap jenjang pendidikan. Tentu saja pemerintah khususnya Kemendikbud ristek mempertimbangkan adaptasi karena kurikulum adalah proses yang tidak bisa diterapkan secara instan.
Pendidikan karakter pada P5 ini mencakup aspek seperti saling menghormati, menghargai, toleransi, kerjasama, mengolah kejujuran, musyawarah untuk mufakat, demokrasi dan kewirausahaan. Jika selama ini siswa hanya menerima dari segi teoritis maka pada kegiatan P5 semua itu akan dijalani secara nyata. Tujuannya agar siswa lebih dapat bersosialisasi dengan baik, mengolah sikap ketika berhadapan dengan publik dan juga mendapat pengalaman keterampilan yang sesungguhnya.
Benarkah P5 membutuhkan dana pribadi yang banyak dari siswa?
Era pendidikan gratis, biaya untuk kebutuhan sekolah-meskipun pada akhirnya akan kembali pada siswa lagi-merupakan hal yang sensitif.
Dari sudut pandang sekolah : sekolah dengan segala keterbatasan biaya operasional berusaha untuk tidak membebani pihak siswa dengan biaya-biaya di luar dugaan khususnya untuk penyelenggaraan P5. Misalkan ada proyek yang membutuhkan biaya, pihak sekolah pasti mengusahakan anggaran seminim mungkin agar tidak memberatkan pihak siswa. Program P5 ini pada prinsipnya dari, oleh dan untuk siswa.
Dari sudut pandang orang tua : sekolah gratis tapi setiap semester ada program P5 yang mau tidak mau harus mengeluarkan biaya.
Kondisi semacam ini akan menjadi runcing jika tidak dijembatani dengan musyawarah. Sekolah dan para orang tua harus berinteraksi secara aktif agar tidak ada kejadian saling lapor ke dinas pendidikan setempat dengan dugaan pemerasan, pungli dan pencemaraan nama baik.
Sekolah sebagai penyelenggara memang sudah selayaknya melakukan sosialisasi tentang kurikulum merdeka beserta P5 di dalamnya. Orang tua juga sebaiknya bijak menyikapi berbagai perubahan yang terdapat pada kurikulum merdeka.