Lihat ke Halaman Asli

Afi

pembelajar

Siapa Menyusul? Bukan Wartawan, Membongkar Konspirasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1413027514209017700

[caption id="attachment_347160" align="alignnone" width="462" caption="foto: http://www.idtopnews.com"][/caption]

TIAP mengupas jurnalisme investigasi, satu sosok yang kerap muncul adalah Bondan ''Maknyus' Winarno. Bondan membongkar kebohongan publik terkait kandungan emas di Busang, Kalimantan Timur yang sempat membuat saham Bre X, perusahaan tambang Kanada meroket.

Sosok ini pula yang menjadi bahasan dalam 'Pelatihan Jurnalisme Investigasi' yang digelar oleh LPM DIMENSI IAIN Tulungagung, di Sumbergempol, Tulungagung, Sabtu (11/10/2014) siang tadi.

Ketika konspirasi terkuak dan geolog Busang De Guzman bunuh diri, Bondan melakukan investigasi yang salah satu temuannya menguatkan indikasi bukan De Guzman yang bunuh diri. Kematian pura-pura pria asal Filipina ini menghapus mata rantai kebohongan ihwal tingginya kandungan emas di Busang.

"Kemarahan saya, bangsa Indonesia dipermalukan, tapi kok gak merasa malu. Lalu, ratusan ribu guru di Kanada yang dana pensiunnya hilang karena dipakai membeli saham Bre X," papar Bondan, sebagaimana diungkapkan dalam video dokumenter 'Jurnalisme Investigasi' karya Watchdoc.

Banyak nama-nama lain yang menjadi legenda jurnalisme investigasi. Tak kurang dari nama Carl Bernstein dan Bob Woodward, wartawan The Washington Post. Mereka mengungkap kasus Water Gate  yang berujung pada jatuhnya Presiden Richard Nixon pada 1972.

Di tanah air, sederet nama yang muncul dalam Upaya jihad dengan tinta, ketika melawan kelaliman pada era orde lama dan awal orde baru. Misalnya, Mochtar Lubis, Aristides Katopo, dan masih banyak nama lain.

Namun, kisah Bondan menjadi berbeda, lantaran saat investigasi skandal emas Busang, dia tak lagi menjadi wartawan. Investigasi itu dibukukannya, dengan judul 'Sebongkah emas di Kaki Pelangi'.

Kini, jurnalisme investigasi tak lagi dilirik. Hanya bisa dihitung dengan jari, media yang menyediakan ruang bagi produk jurnalistik investigasi, lantaran tak langsung berpengaruh pada rating atau oplah. Motivasi investigasi sebagai upaya pencarian kebenaran yang beorientasi pada kepentingan publik kalah oleh pragmatisme.

Ya, media terjebak dalam pragmatisme. Idealisme telah terbeli oleh kepentingan pasar. Lebih parah lagi, pemilik modal telah mengintervensi ruang redaksi. Sehingga, frekuensi yang seharusnya milik publik menjadi komoditas kepentingan politik. Publik pun apatis. Sikap kritis dipandang sebelah mata, karena dipandang penuh tendensi.

Tak cukup redaksi. Pemilik modal harus memahami sembilan elemen jurnalisme yang dirumuskan oleh Bill Kovach dan Tom Retential, yang diantaranya; Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran,  loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara, Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya. Jurnalis harus diperbolehkan menguji kesadaran personalnya, hati nuraninya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline