Lihat ke Halaman Asli

Afi

pembelajar

Menerbangkan Kaset ke Jakarta

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1415509228610192500

[caption id="attachment_352742" align="alignnone" width="384" caption="foto : kaskus.co.id"][/caption]

BERCERITA tentang jasa pengiriman JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) mengembalikan memori saya enam tahun silam. Kisah bagaimana ribetnya menerbangkan kaset mini DV dari daerah ke Jakarta. Hingga akhirnya saya jatuh cinta sejak pengiriman pertama pada JNE.

Pada pertengahan 2007, saya menjadi jurnalis media televisi nasional di eks wilayah Karesidenan Kediri, Jawa Timur. Tahukah Anda, bagaimana dulu sebuah peristiwa di daerah bisa tayang di televisi dalam tempo singkat? Saya akan sedikit berbagi kisahnya..

Mungkin tak pernah Anda bayangkan. Rata-rata teman jurnalis di Kediri  dulu menggunakan jasa bus. Mereka menitipkan kaset mini DV yang dikemas dalam amplop pada kondektur bus. Ongkosnya, Rp 5000 saja. Ya, di dalam tas kondektur,kaset berukuran 4,5 cm X 6,5 cm ini menjadi penumpang ilegal.

Setelah perjalanan tiga jam, kaset tiba di Terminal Bungurasih Surabaya dan dititipkan ke petugas terminal. Kurir dari media televisi mengambil kaset dan kadang langsung diterbangkan melalui Bandara Juanda, Surabaya. Bagi media yang punya biro di Surabaya, kaset itu akan di-capture dan dikirim melalui satelit.

Namun, media televisi tempat saya bekerja tak punya kurir di Surabaya. Pilihannya, berita straight news/peristiwa yang kejar tayang harus segera saya streaming melalui internet.

Pengecualiannya adalah liputan features. Seperti; liputan tradisi, kerajinan dan hal-hal yang unik. Biasanya untuk segmen akhir program news. Redaksi menuntut kualitas gambar. Jika di-streaming, kualitas gambar jelas menurun. Maka, saya pun harus kirim kaset.

Karena tak punya kurir di Surabaya, saya mencari alat transportasi lain, yakni Kereta Api. Saya menitipkan kaset pada kondektur atau petugas restorasi Kereta Api Gajayana Malang – Jakarta, ongkosnya Rp 15 ribu. Selain itu, saya titipkan Rp 5 ribu untuk petugas di Stasiun Gambir yang menerima kaset.

Begitu kaset ber-tut-tut di atas rel menuju Jakarta, saya kirim pesan singkat di nomor listing kantor: Kaset diambil di Stasiun KA Gambir. Keesokan paginya, ada kurir yang akan mengambil.

Awalnya lancar-lancar saja. Tapi, suatu kali, saya ditelepon dari kantor.

"Mana kasetnya?"

"Lho udah dikirim via kereta api.."

"Tadi dicek, nggak ada..."

Lho... Mau komplain, komplain ke siapa..? Pengiriman itu juga tak resmi. Murni masuk kantong kurir di atas kereta api. Dalam waktu beberapa bulan, dari total 30 kaset yang saya kirimkan, ada 12 yang tak sampai tujuan. Rekan saya di Bojonegoro bahkan punya pengalaman; kasetnya hilang, karena kereta api yang ‘ditumpangi’ kasetnya anjlok.

Wah, saya harus mencari alternatif pengiriman lain. Akhirnya, saya ke sebuah jasa pengiriman. Ongkosnya, Rp 16 ribu. Lebih aman juga. Tapi, lama. Bisa 3-4 hari sampai ke Jakarta.

Setelah sekian lama, akhirnya saya menemukan sebuah jasa pengiriman di perempatan Jalan Slamet Riyadi, Kota Kediri pada 2008. Waktu ke sana suatu sore, kantor jasa pengiriman di board depannya ada tulisan JNE itu hendak tutup. Lalu, saya tanya kirim ke Jakarta berapa? Petugas melihat amplop dan menanyakan isinya.

"Rp 12 ribu. Tarif regular." Lebih murah dibanding jasa pengiriman lain dan kereta api. Berapa hari sampai sampai? Dua hari.. Hmm.. Tak hanya lebih murah, juga lebih cepat.Ya, di kantor jasa pengiriman itu, akhirnya saya kirimkan kaset liputan. Kala itu, kantor JNE masih kecil.

Sebelum saya pergi, petugas menyampaikanhal yang membuat saya mengernyitkan dahi. "Kadang-kadang satu hari sudah sampai kok mas.."

Haaa..? Saya masih belum percaya. Mana mungkin. Saya masih bersantai, hingga keesokan harinya koordinator liputan menanyakan, "Mana naskahnya, kaset sudah sampai, kok naskah belum diemail."

Wah, beneran, satu hari!! Saya langsung jatuh cinta pada pengiriman pertama.Sejak itu, saya selalu menggunakan JNE untuk pengiriman kaset. Banyak kemudahan yang diperoleh. Diantaranya, tracking pengiriman melalui web www.jne.co.id. Dengan memasukkan nomor resi, saya bisa memantau posisi paket.. Saya cek, ooo... kaset saya lagi di bandara.. Cek lagi, wah udah di Jakarta.. Cek lagi, horee..! Udah sampai di kantor.. Naskah langsung saya email..

Hingga suatu kali, kantor JNE di Kota Kediri pindah ke Jl Panglima Polim, saya masih menggunakan jasa JNE, meski tak sesering dulu. Maklum, sekarang speed internet semakin cepat. Saya mengirim gambar video features dengan streaming melalui internet. Sebagaimana rekan-rekan saya yang sudah melupakan bus, untuk mengirim kaset. Sekarang kaset mini DV juga jarang digunakan.

Namun, saya masih menggantungkan diri pada JNE untuk jual beli online dan pengiriman paket ke luar kota. Kirim berkas ke organisasi induk atau ke kantor tetep pake JNE. Saya beli smartphone, ya lewat JNE.. Beli baterai kamera DSLR dan power bank pake JNE. Tripod juga via JNE.  Biasanya, barang saya ambil di JNE, dengan menunjukkan nomor resi dan kartu identitas diri.

Kini, JNE Kota Kediri sudah berbeda. Tak seperti dulu, ketika awal saya temui, enam tahun lalu. Dulu, saya mau kirim paket langsung dilayani. Sekarang, tunggu dulu... Ambil nomor antrian. Pengguna jasa JNE bejubel. Sekarang juga ada satpam mengatur parkir motor dan mobil pelanggan yang berderet panjang. Wah, kadang saya ciut melihat antrian dan langsung balik kanan. Lalu, kembali sore harinya.

Yang berbeda lagi, sekarang buka 24 jam. Karyawannya juga semakin banyak. Saya banyak melihat wajah-wajah baru di JNE Kota Kediri. Itulah konsekuensi dari layanan yang prima. Kepercayaan pelanggan meningkat.

Perbedaan dibanding 6 tahun lalu adalah meningkatnya tarif JNE. Kalau dulu, tarif regular Rp 12 ribu (paket di bawah 0,5 kg) sudah sampai ke Jakarta, satu hari lagi. Sekarang tarif regular Rp 17 ribu. Dan, sekarang regular jadi lebih disiplin sampai, nggak satu hari seperti dulu, tapi dua hari. Kalau mau satu hari sampai, ya pake JNE Yes (Yakin Esok Sampai), Rp 25 ribu.

Tapi, nggak apa-apa. Bisa dimaklumi. Jasa pengiriman dan transportasi toh berbanding lurus dengan harga BBM. Asalkan, kenaikannya jangan terlalu tajam dan tidak memberatkan pelanggan yang telanjur cinta pada JNE.

Membludaknya pelanggan JNE menunjukkan kepercayaan pelanggan. JNE harus bisa menjawab kepercayaan itu dengan peningkatan layanan. Selalu munculkan terobosan-terobosan layanan baru, agar JNE terus bisa eksis, di tengah persaingan jasa pengiriman di Indonesia. Selamat ulang tahun ke 24, JNE! (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline