Lihat ke Halaman Asli

danu novrianto

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemaparan Ruang Lingkup Retorika

Diperbarui: 11 Juni 2024   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dok.Pribadi

Oleh: Syamsul Yakin dan Danu Novrianto

Dosen dan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Membahas batasan atau cakupan, atau bisa disebut ruang lingkup. Dalam hal ini ruang lingkup retorika, Ruang lingkup retorika mencakup batasan dan cakupan subjek yang dihadapi oleh bidang ini, termasuk definisi, materi, elemen, tujuan, komponen, dan keterkaitannya dengan disiplin ilmu lainnya. Selain itu, ruang lingkup retorika meliputi aspek-aspek seperti pembicara, pesan, dan pendengar. Semua bentuk komunikasi antara pembicara dan pendengar, baik itu secara langsung atau melalui media, termasuk komunikasi verbal (lisan dan tulisan) maupun nonverbal (bahasa tubuh dan gerakan tubuh), masuk dalam ruang lingkup retorika.

Retorika bisa didefinisikan dalam dua cara: secara sempit dan luas. Dalam arti sempit, retorika adalah seni atau kemampuan berbicara. Sedangkan dalam arti luas, retorika meliputi seni, keterampilan, pengetahuan, dan ilmu komunikasi, baik lisan maupun tulisan, serta bahasa tubuh dan gerakan.
Dalam pengertian sempit, retorika terkait erat dengan tata bahasa, logika, dan dialektika dalam konteks komunikasi dari pembicara ke pendengar. Di sisi lain, dalam pengertian luas, retorika mencakup lebih dari sekadar pidato atau ceramah; ia meliputi semua aspek komunikasi yang terus berkembang. Dalam konteks ini, retorika dianggap sebagai bagian dari warisan budaya.

Sifat ilmiah retorika meliputi karakteristik empirik, sistematis, analitik, objektif, verifikatif, kritis, dan logis. Tujuan utama retorika adalah mempengaruhi sikap, opini, dan tindakan pendengar secara efektif dan efisien, yang dapat dicapai dengan memanfaatkan sifat ilmiah tersebut.
Secara filosofis, retorika mencakup beberapa pertanyaan. Pertama, pertanyaan ontologis, yaitu mengenai hakikat retorika. Kedua, pertanyaan epistemologis, yakni bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan tentang retorika. Ketiga, pertanyaan aksiologis, yaitu apa manfaat dari retorika.

Pada mulanya, unsur-unsur retorika terdiri dari tiga elemen: pembicara, pendengar, dan pesan yang bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif, yang biasanya menjadi isi pidato. Namun, seiring waktu, media menjadi unsur penting dalam retorika, mencakup media tradisional, konvensional, dan media sosial.
Komponen utama retorika setidaknya meliputi tiga aspek. Pertama, pathos, yaitu kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi emosi dan pikiran audiens. Seorang pembicara harus menguasai pathos agar dapat menarik emosi pendengar, membuat mereka merasakan kesedihan, simpati, dan belas kasihan.

Kedua, logos. Logos merujuk pada kesesuaian dengan akal. Dalam berpidato, sebaiknya ide-ide yang disampaikan mempertimbangkan nalar, yaitu pikiran, kemampuan intelektual, atau pemahaman yang mendalam.
Ketiga, ethos. Ethos secara harfiah berarti sikap, kepribadian, watak, atau karakter. Dalam konteks keberhasilan retorika, seorang pembicara harus memiliki sikap, kepribadian, watak, dan karakter yang baik agar pesan yang disampaikan dapat dipercaya oleh pendengar.

Retorika sangat terkait dengan ilmu komunikasi karena keduanya membahas interaksi komunikatif manusia, termasuk proses pengiriman pesan oleh pembicara, penerimaan pesan oleh pendengar, dan pemrosesan pesan melalui media tertentu. Retorika juga berkaitan dengan psikologi, terutama psikologi pembicara dan pendengar. Keduanya memiliki kesamaan dalam objek kajian, yaitu perilaku dan mental manusia. Secara epistemologis, keduanya mencakup ilmu pengetahuan dan ilmu terapan. Ketika seseorang berpidato, yang terjadi bukan hanya proses retorika tetapi juga proses psikologi.

Secara praktis, retorika dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, retorika pidato atau retorika penceramah yang biasanya bersifat informatif dan edukatif. Kedua, retorika politisi yang umumnya bersifat persuasif. Ketiga, retorika pemerintah yang cenderung informatif dan persuasif. Inilah cakupan retorika yang meliputi definisi, sifat ilmiah, kerangka filosofis dan praktis, unsur, komponen, serta hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline