Sumber: Dok.Pribadi
Oleh: Syamsul Yakin dan Danu Novrianto
Dosen dan Mahasiswa Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Rasa cemas adalah salah satu dari gangguan mental, tetapi kecemasan juga merupakan salah satu rasa yang diberikan oleh Tuhan dalam hidup kita. Suatu keadaan yang melekat pada diri manusia meliputi rasa tegang, resah, gelisah, takut, dan gugup yang bersifat subjektif, merupakan definisi kecemasan. Sebagai contoh adalah kecemasan dalam beretorika yaitu demam panggung, dalam hal ini merupakan ketakutan berbicara di depan umum. Secara psikologis, kecemasan dalam beretorika merupakan hal yang wajar dan bersifat natural, serta dapat menimpa siapa saja yang memang belum siap berbicara di depan orang banyak.
Hadirnya kecemasan bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti, kurangnya latihan, kurangnya ilmu pengetahuan yang menjadikan orang tersebut sulit untung mengolah dan mengembangkan kata-kata, dan kurangnya pengalaman. Yang terakhir merupakan masalah jam terbang, diantara hal-hal tersebut ada yang bersifat internal, yaitu kurangnya latihan dan pengetahuan, dan ada yang bersifat eksternal, yaitu kurangnya sosialisasi, pengetahuan, dan interaksi. Tentunya hal-hal tersebut dapat diatasi jika kita mau.
Menyelam lebih jauh lagi, kecemasan dalam beretorika muncul lebih sebagai faktor psikologis, seperti takut dianggap bodoh dan rasa khawatir yang berlebih tanpa alasan, atau pengalaman buruk yang pernah menimpa saat orang tersebut beretorika. Ini adalah sifat yang relatif stabil dan bisa mempengaruhi bagaimana seseorang merespons berbagai situasi dan tantangan, atau biasa disebut trait anxiety.
Rasa kecemasan tersebut sering kali muncul secara mendadak saat kita berada di atas panggung, rasa tersebut seperti kehilangan fokus, tegang, gugup, dan takut. Hal tersebut dipicu karena rasa takut gagal yang amat sangat dan terjebak dalam pikiran yang negatif. Kecemasan Ini juga biasa disebut sebagai State anxiety.
Dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah proses emosi akibat tekanan dan perasaan tidak mampu untuk mengatasinya. Sedangkan untuk kecemasan beretorika biasa direspons dengan dua cara, yaitu dengan melawannya sehingga kecemasan dapat teratasi, dan yang kedua dengan melarikan diri dari kecemasan tersebut, sehingga kecemasan kian dapat memudar.
Orang yang mengalami kecemasan saat berbicara mungkin terlihat dengan suara yang parau, terbata-bata, atau diam dalam waktu yang lama sebelum akhirnya menghentikan pembicaraannya secara tiba-tiba. Secara fisik, mereka mungkin berkeringat dan merasakan detak jantung yang cepat. Namun, kecemasan saat berbicara sebenarnya tidak perlu dihilangkan sepenuhnya. Sebaliknya, itu bisa dihadapi dengan persiapan dan latihan. Kecemasan ini sebenarnya penting untuk membantu seseorang mempersiapkan diri lebih baik, mempelajari materi, dan memahami audiensnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H